Friday, September 19, 2014

"Not With Me"

Pejamkanlah matamu, lalu sebutkan sepuluh nama orang yang paling kau cintai dalam hidupmu.

Ketika kau menyebut nama pertama, lihatlah dia tersenyum di kepalamu. Ketika kau menyebut nama kedua, peluknya menghangatkan hatimu. Lalu nama ketiga, keempat, ketujuh, dan seterusnya. Percayalah padaku, ketika kau sampai pada nama kesepuluh, kau akan tahu betapa beruntungnya dirimu.

I'm walking up from my summers dreams again
try to thinking if you're alright
then I'm shattered by the shadows of your eyes
knowing you're still here by my side

Lalu bukalah matamu, pelan-pelan seperti denting piano dalam lagu Not With Me. Sepuluh nama itu, merekalah yang selama ini mewarnai hidupmu, setia bagai cinta yang bergetar dalam hatimu.

Bolehkah menyebutkan lebih dari sepuluh nama? Tentu saja, sebutlah! Sepuluh hanyalah tanda. Jika kau punya lebih banyak nama, berpestalah dengan mereka! Nyalakanlah gemerlap lampu pesta dikelopak matamu, rayakanlah hidupmu sendiri! Setidaknya hari ini, saat kau memejamkan mata dan pelan-pelan tersenyum menyaksikan senyum mereka satu persatu bagai slide yang bergantian muncul di kepalamu. Lalu kenangkanlah, betapa luas karunia yang telah diberikan hidup kepadamu. Kau tak pernah meminta, hidup memberimu lebih.

I can see you if you're not with me
I can say to my self if you're OKAY
I can feel you if you're not with me
I can reach you my self, you show me the way

Barangkali mereka memang tak benar-benar berada di sisimu. Tetapi kenangkanlah selalu, merekalah yang setia mendukungmu. Saat kau terjatuh, merekalah orang-orang pertama yang mengulurkan tangannya untuk membantumu bangkit. Saat kau tersesat dan butuh tempat untuk pulang, merekalah yang selalu bersedia bagai rumah dengan pintu yang terbuka. Barangkali kau bisa menyia-nyiakan hidupmu, tetapi tegakah kau mengecewakan mereka yang berharap banyak padamu, mengkhianati cinta mereka kepadamu.

Barangkali saat ini amarah sedang menguasaimu.  Ledakanlah! Barangkali kau tengah diliputi kesedihan yang melilit. Menangislah! Tapi setelah itu, ikutilah aku. Pejamkan matamu, lalu sebutkan sepuluh nama yang paling kau cintai dalam hidupmu!

life was never be so easy as it seems
'till you come and bring your love inside
no matter space and distance make it look so far
still I know you're still here by my side

Kapanpun, hidup memang tak pernah mudah untuk di jalani. Cintalah yang menjadikannya mudah, membuatnya jadi indah. Maka, satu-satunya cara untuk melepaskan beban seberat apapun yang menghimpit hidupmu, pejamkanlah matamu, sebutkanlah nama-nama mereka yang mencintaimu. Lalu cinta, biarkanlah ia bekerja begitu saja dalam dirimu, bagai senyawa-senyawa yang pelan-pelan menyingkirkan racun kesedihan dan rasa kesepian, mencipta senyum dan kebahagiaan.

yea..you've made me so alive
you give the best for me..love and fantasy
yeah..and i never feel so lonely
coz you're always here with me..
always here with me

Pejamkanlah matamu. Sebutlah sepuluh nama orang yang paling kau cintai di dunia ini. Lalu percayalah padaku, tak ada yang sanggup menghalangi cinta untuk menyalakan kembali cahaya hidupmu. Berhentilah bersedih, berhentilah kecewa, berhentilah merasa bodoh dan tak beruntung, nyanyikanlah hidupmu dengan musik yang kau cipatakan sendiri. Sebab jika hidup berupa musik, hidupmu dengan serangkaian partitur yang tidak bisa dinyanyikan siapapun selain dirimu sendiri.

I can see you if you're not with me
I can say to my self if you're OKAY
I can feel you if you're not with me
I can reach you my self, you show me the way

Pejamkanlah matamu. Sebutlah sepuluh nama. Rasakanlah sesuatu bekerja di hatimu berbagai reaksi kimia yang mendesir gamang mengaliri jalan-jalan darah ke seluruh tubuhmu. Bila sampai pada syaraf bagian bibirmu, melengkungkan senyum tulus yang menghangatkan hatimu, akan ku katakan kepadamu, “Selamat kau berkenalan  dengan rasa syukur."

Karya: Fahd Djibran dan Bondan and Fade 2 Black dalam Hidup Berawal Dari Mimpi

Saturday, May 17, 2014

Black Orchid, ini Sahabat saya

Mungkin akan terpintas soal ikan cupang di pikiran pembaca ketika melihat judul di atas, tapi hal tersebutlah yang akan saya kenalkan disini. Black Orchid adalah sebutan buat laptop 15,4' pabrikan Sony yang menemani setiap perjalanan hidup (ceilah, perjalanan hidup) saya selama menjalani masa perkuliahan di salah satu fakultas di Universitas swasta ibu kota. Ia dengan sabar menjadi partner dalam setiap pekerjaan dan kesenangan. Memang seolah terdengar aneh kalau saya mengatakan benda mati bisa memiliki koneksi dengan manusia. Seolah mengerti setiap perasaan saya, entah senang entah sedih entah bimbang, Black Orchid sepertinya mengerti dengan baik hal itu.

Memang bukan menjadi pokok utama dari bahasan saya kali ini, tapi sebenarnya hal tersebut menjebatani saya bagaimana saya dapat menuliskan apa yang sedang saya rasakan saat ini. Seperti yang sudah saya katakan di atas, saat ini batin saya sedang mengalami sebuah pukulan yang cukup keras, dan ia mampu melantunkan lagu-lagu yang bermain secara random mengiringi perasaan saya tersebut.

Sebenarnya hari ini seharusnya menjadi hari yang akan berjalan seperti biasanya. Tapi tidak ketika sebuah kabar saya dengar dari perangkat telepon genggam saya. Sebuah keputusan dari sebuah instansi mengenai masa depan teman saya, maaf, sahabat, eh saudara, ah entahlah saya mengatakan dia itu siapa. Seorang pribadi yang menapaki masa-masa kuliah bersama-sama. Akh, sungguh merubah hari 'biasa' saya, surat itu.

Tak banyak kata yang mampu terucap dari bibir yang telah diam dan tak mampu mencegah setiap kejadian-kejadian di masa lalu. Hanya mampu menatap badan kurusnya menata setiap barang-barang yang harus dia bawa pergi menjauh dari tempat dimana kami berteduh selama menimba ilmu disini, asrama. Hingga waktu menunjukkan kekonsistensiannya, tak berhenti hingga tiba dimana dia harus berpamitan, entah untuk sementara, atau selamanya, seolah pikiran saya sudah tak mampu lagi memikirkannya.

Ya, malam gelap ini menjadi saksi, buat setiap tawa yang masih boleh terlontar, entah hanya sekedar mulut dengan hati yang tersayat, tapi begitulah, itu yang terjadi, sudahlah. Kami boleh bertahan di sini, itu bukan karena kuat kami kawan, itu karena Sang Pencipta menaruhmu ada didekat kami. Itulah yang saya yakini, bahwa Dia punya rencana yang lebih luar biasa lagi, percayalah. Syaratnya, jangan jadi orang 'BEGO' lagi. Jalanmu terbentang panjang, tapi santai saja, namanya ikatan persahabatan yang sudah Tuhan tetapkan, tak akan terputuskan, iya kan? Itu perkataanmu setiap mengucap syukur di dalam doa kok. :)

Dalam gelap kita tak mampu untuk melihat, tenanglah, dan bersabarlah.
Ada saatnya, karena waktu tak akan berhenti, dia akan terus melangkah maju. Ikutilah, majulah, berlarilah, kejarlah, gapailah.

salam satu jari untuk teman yang satu ini,
the sleeper.

Monday, May 12, 2014

Cerita untuk Sahabat

Tak satupun insan mampu menerka apa yang dapat terjadi dalam hidup ini. Tentang cerita berujung tawa, atau derita dalam luapan air mata. Begitulah hidup bekerja, berjalan maju dan tak kenal waktu. Siapa sangka sang Pencipta secara tiba-tiba ingin memanggil insan yang diciptaNya kembali kepadaNya, siapa sangka. Hal ini the sleeper rasa dari awal perjumpaan dengan seorang wanita yang telah termakan usia, mungkin sekitar 89 tahun. Sekarang beliau telah terkujur lemas, hanya mampu berkata dan bercanda tetesan air mata. Wanita ini mengajak pikiranku berputar-putar dalam arti kehidupan, siapa sangka akan ada waktunya nanti ketika aku dipanggil oleh sang Empunya.

Bersyukur dalam hari yang bersamaan, laju hidupku masih mampu menemui wanita luar biasa lainnya, salah seorang wanita yang telah membesarkan ibuku. Meski hanya sekejap mata bertatap, setidaknya rindu telah tersapu oleh lembut pelukan dan kehangatan tubuh keringnya. Terkadang muncul setiap memori-memori yang telah kami lalui, dari saat aku dituntun olehnya, saat aku dibasuh olehnya, ya, dia memperlakukanku seperti layaknya seorang ibu. Tak dapat raga dan jiwa ini untuk mampu melupakan keindahan bersamanya.

Bergantinya hari menandai kehidupan ini tetap melaju. Yang kurasa saat itu sepertinya tak mampu hanya aku luapkan dalam kata-kata, entah bagaimana aku dapat mengekspresikannya. Sosok ibu, seorang wanita yang 22 tahun lalu melahirkanku. Bersyukur mampu memeluknya hari ini, membayangkan setiap kejadian dan memori yang telah dia tanamkan dalam. Rasanya tak dapat aku terus mengungkapkan rasa cintaku ini kepadanya, dan rasanya tak mampu aku membayarnya. Ini hari ibu Internasional, aku hanya ingin memeluknya, memberikan tanda bahwa aku tak dapat hidup tanpa kehadiran dan pengorbanannya, wakil Sang Kuasa di dunia fana ini.

Di sisi lain, kehidupan yang berputar maju tak tentu ramah, bukan berarti juga marah. Tak semua insan mampu memeluk sang Bunda. Aku hanya mampu berkata, "aku mengerti yang kau rasa," tanpa tahu bagaimana merasakan hal itu sesungguhnya. Yang jelas itulah cara Tuhan bekerja, penuh dengan rahasia dan tujuan mulia. Aku tahu kau pasti kehilangan sosok kehadirannya, kehadiran sang mama yang telah lama kau dimanja olehnya. Tapi bagaimanapun juga hidup ini terus berjalan maju kawan, semoga pengorbanan dan perjuangannya tak akan kau sia-siakan begitu saja. Kau manusia penuh talenta, gunakan itu, buktikan bahwa kau seorang insan yang mulia, karena kau terlahir dari wanita yang sungguh luar biasa.

Selamat hari Ibu sedunia.
baik untuk ibu yang ada, maupun yang sudah tiada.
anakmu, menyayangimu.

salam,
the sleeper.

Friday, March 28, 2014

Kemanakah kaki ini akan melangkah?


Banyak, memang berbeda-beda, setiap tujuan dari manusia. Tapi benarkah ada dari antaranya yang tidak memikirkan kemana bendera kehidupannya akan ditancapkan di garis finish nanti? Bagi saya, hal itu terdengar mungkin. Bukan tidak beralaskan saya mengatakan demikian. Sudah hampir 22 tahun ini saya hanya menjalani kehidupan begitu-begitu saja, atau dalam istilah bekennya ngeflow aja. Selalu saja mengikuti kemana arus ini mengarahkan saya untuk melanggah. Memang untuk beberapa aspek saya mempercayai bahwa Tangan KuasaNya pasti sedang menuntun saya ke sebuah tempat yang ia inginkan. Tapi, benarkah, benarkah dalam saya menjalani kehidupan saya selama ini saya benar-benar depend on Him? Atau saya justru lebih sering mengikuti dimana hati dan emosi ini memilihnya.

Hal tersebutlah yang menjadi bahan perenungan, apa yang telah saya capai, apa yang telah saya kerjakan dalam tahun-tahun yang sudah lewat, pengalaman-pengalaman apa saja yang telah saya alami selama menjalani kehidupan tersebut, serta apa sebenarnya yang menjadi tujuan saya saat itu pada saat saya sedang menjalaninya. Intinya, saya disarankan untuk mencari apa makna dalam menjalani kehidupan saya ini.

Bukan pekerjaan yang mudah, dalam semalaman perenungan saja, saya hanya menemukan luka-luka lama yang harus saya bereskan sebelum saya dapat melangkah dengan strategi yang kedepannya harus saya susun. Tetapi sulit bukan berarti tidak mungkin, masih ada hari dimana matahari masih terbit dari ufuk timur, jangan biarkan harapan itu mati. Inilah yang membuat saya banyak berpikir belakangan ini, saya harus tahu kemana saya akan melangkahkan kaki.

Dan, kelak, ketika saya telah tiada, apa yang akan orang katakan tentang saya selama saya hidup..

Thursday, March 27, 2014

Ingin Pulang - Sheila On 7

Saat saat seperti ini
Pintu t’lah terkunci lampu t’lah mati
Kuingin pulang
Tuk segera berjumpa denganmu

Waktu waktu seperti ini
Di dalam selimut harapkan mimpi
Bayangan pulang
Tuk segera berjumpa denganmu

Kuingin kau tahu
Kubergetar merindukanmu
Hingga pagi menjelang
Aha aha……(2X)

Sesaat mata terpejam
Tirai imagi membuka
Semakin ku terlelap
S’makin jelas hangat senyuman
Tak ingin terjaga sampai aku pulang

Sesaat mata terpejam
Bintang bintang menari indah
Iringi langkahmu rangkai mimpi yang s’makin dalam
Tak ingin terjaga sampai
Aku pulang

by: Sheila On 7

Friday, March 21, 2014

Kebenaran (tanda tanya)

Yap, lagi-lagi blog menjadi pilihan buat sharing tentang apa yang didapatkan hari ini. Sedikit flashback kebelakang, tiba-tiba saya mendapatkan pesan singkat melalui bbm bahwa saya diharapkan datang ke kampus esok hari untuk menghadap sang pimpinan jurusan. Well, bukan masalah tentunya bagi saya, selain tidak ada agenda, dan memang hari ini benar-benar free, jadi tidak ada masalah jika saya meluangkan waktu saya untuk menemuinya, selain saya pikir juga pasti ada hal penting yang akan dibicarakan.

Yap, benar saya, setelah jam makan siang, saya menghadap beliau. Oke, awalnya kami membicarakan mengenai tugas yang akhir dari salah satu kelas yang sedang saya ikuti, berhubung dosen yang bersangkutan minggu ini tidak masuk. Tapi, itu bukan inti pembicaraan kami, setelah dirasa cukup membicarakan mekanisme yang akan dilakukan tentang tugas tersebut beliau pun langsung menanyakan sesuatu hal yang terjadi pada kelas minggu lalu.

Begini ceritanya, minggu lalu adalah hari dimana tugas akhir saya sebagai tanggung jawab atas perkuliahan selama empat tahun harus dikumpulkan. Dikarenakan sibuk menyelesaikan milik pribadi dan membantu teman-teman yang belum menyelesaikannya maka konsekuensi logisnya adalah saya harus mengorbankan beberapa jam tidur yang seharusnya dapat saya manfaatkan. Akibat dari tidak tidur tersebutlah yang membuat saya bangun kesiangan pada hari dimana saya seharusnya memiliki kelas pukul 9.30, tetapi saya terbangun pada pukul 10.10. Tidak dapat mengelak, terjadi pergejolakan di dalam hati, antara melanjutkan tidur, atau nekat pergi ke kelas. Berpikir-berpikir, dan akhirnya pilihan jatuh kepada pilihan kedua. Segera saya mandi dan berjalan cepat menuju ruang perkuliahan. Selayaknya orang yang memiliki kesalahan, maka rasa takut menyelimuti sebagian pikiran saya sehingga saya tidak dapat berpikir secara jernih lagi. Saya ragu untuk mengetuk pintu dan masuk ke dalam, justru saya berkomunikasi dengan beberapa teman saya yang ada di dalam dengan bahasa tubuh. Teman-teman saya menyarankan saya untuk langsung masuk saja, tetapi saya tetap masih ragu. Akhirnya salah satu teman saya, sebut saja Emon, keluar dan pergi ke toilet. Saya menunggunya, dan berharap dapat masuk ke dalam kelas bersama-sama.

Keputusan tersebut ternyata menjadi sebuah kesalahan besar bagi saya, memang saya diijinkan mengikuti perkuliahan meskipun telah terlambat cukup lama, tetapi sang dosen merasa kecewa dikarenakan saya tidak menghadapi kesalahan saya tersebut dengan jantan. Itulah yang menjadi kesalahan terbesar saya. Tetapi yang lebih sialnya, Emon yang awalnya memang tidak sengaja membubuhkan tanda tangannya dikolom nama saya (dan tentunya dia sudah menghapusnya sebelum saya berada di dalam kelas) tersebutlah yang menjadi awal kecurigaan sang dosen tentang istilah 'titip absen'. Padahal jelas-jelas saya tidak ada komunikasi dengan Emon sebelumnya, dan tanda tangan yang dibubuhkannya pada kolom saya adalah tanda tangannya (logikanya jika MEMANG dia hendak memberikan saya tanda tangan, tentunya dia akan mencoba tanda tangan semirip mungkin dengan milik saya).

Nah, kembali ke perbincangan saya dengan sang kepala jurusan. Ternyata masalah yang sudah kita coba jelaskan di kelas dengan sang dosen berujung pada penyerahan mekanisme yang berlaku pada institusi dimana saya menuntut ilmu. Well, beberapa penjelasan telah saya jelaskan kepada beliau, tetapi tetap saja beliau tidak mempercayainya. Sebenernya masalah ini sudah dianggap selesai, tetapi beliau terus menerus menyarankan saya untuk tidak mengulanginya lagi. Saya pun tidak dapat menerimanya, dimana saya benar-benar tidak tahu menahu tentang tanda tangan tersebut, saya memang mengaku salah atas keterlambatan saya. Beliau mengatakan, jika masalah ini di angkat lagi, maka saya terancam akan mendapatkan hukuman berat, yaitu bisa saja saya harus lulus tahun berikutnya.

Cukup membingungkan memang, tetapi dari kejadian tersebut, saya mengatakan kepada beliau bahwa jikalau saya harus mengalami hukuman tersebut saya akan menerimanya. Bagi saya, salah dihadapan manusia itu bukanlah masalah, yang jelas saya yakin Tuhan mengetahui apa kebenarannya. Memang akan sangat lucu bagi saya pribadi jika saya harus dijatuhi hukuman atas apa yang tidak saya tahu dan lakukan. Tetapi kebenaran adalah mutlak, lebih baik dipandang salah dimata manusia tetapi benar dimata Tuhan, daripada saya dipandang benar oleh sesama manusia tetapi ternyata salah dimata Tuhan.

Sunday, March 16, 2014

Wanita dan Penampilannya,

Bukan berarti saya seorang manusia sempurna yang berhak untuk menghakimi satu sama lain. Hal ini justru dikarenakan saya hanyalah seorang manusia yang sadar tentang arti keberdosaan pada diri saya yang pada akhirnya membuat saya untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dalam keterbatasan. Memang sebenarnya bukan perkara yang besar, namun hal ini perlu dipertimbangkan.

Sebagai seorang pribadi, tentunya kita memiliki karakter dan sifat yang terbentuk dari bawaaan sejak lahir maupun bentukan lingkungan pertumbuhan kita. Itu yang membuat setiap pribadi unik, dan memiliki karakteristik masing-masing. Tetapi bukan dengan demikian maka kita dapat menjadikan hal tersebut sebagai alasan dalam kita berbuat semena-mena.

Simpelnya, saya akan sedikit sharingkan mengenai pandangan saya dalam memandang wanita. Wanita memang ciptaan yang feminim dan menarik. Allah telah merancangkan hal tersebut sebagai pribadi dalam rangka penolong untuk kaum Adam. Namun tentunya tidak semua wanita mengerti akan panggilannya sebagai seorang wanita. Bagi saya, penampilan itu merupakan hal yang penting, tetapi bukan hal yang utama. Maksudnya, adalah bahwa hanya demi menomor satukan penampilan maka seorang wanita dapat mengorbankan apa saja, termasuk waktu. Bagi saya hal itu tidak masuk akal, saya akan lebih menghargai wanita dalam menghargai waktu dan menepatinya. Bukan justru membiarkannya terbuang demi tertatanya penampilan yang justru sebenarnya akan jauh lebih menarik ketika wanita tampil apa adanya tanpa harus ada tempelan 'topeng' disana-sini. Sekali lagi, saya jauh lebih menghargai wanita dengan kesadaran akan pentingnya waktu, dan penampilan yang apa adanya.

Sekali lagi, ini hanya opini saya. Jika memang ternyata hal ini salah, silahkan anda memberikan komentar untuk menjadi perbaikan dalam hidup saya. Terimakasih, Tuhan Memberkati.

salam,
the sleeper

Friday, February 28, 2014

Tragedi Superga: Putusnya Rantai Bakat Pesebak-bola Italia

SENJA itu, hujan turun di bagian utara Italia. Petir berkilat seiring derasnya hujan. Alam seperti tidak bersahabat lagi. Malang, sebuah pesawat dari Lisabon menuju Turin terlanjur mengudara.

Seperti belalang tersapu angin, pesawat nahas itu tak mampu mengendalikan diri. Krasss... Sayap pesawat menabrak Superga, bukit setinggi 670 meter di pinggiran Kota Turin. Pesawat pun meledak dan semua penumpang tewas mengenaskan.

Peristiwa yang terjadi pada pukul 17.04 waktu Italia, 4 Mei 1949 tersebut, merupakan lembar buram sejarah sepak bola Italia. Tak sekadar merenggut 31 jiwa. Lebih dari itu, kecelakaan itu juga memutus rantai sebuah generasi emas.

Bayangkan, 18 dari 31 penumpang yang tewas tersebut merupakan skuad inti Torino, tim tertangguh di Italia dan salah satu tim terkuat di Eropa. Pada saat itu, Torino adalah raja. Juventus atau Milan tak berkutik. Torino berhasil menobatkan diri sebagai juara sejati Italia dengan mengangkangi takhta Serie A dari 1943 sampai 1949 tanpa putus.

Monday, February 17, 2014

Sebuah Impian yang Harus Terhalang Gagahnya Alam

Sebuah pengalaman yang sedikit banyak memberi arti pada kehidupan singkat ini. Kisah tentang impian, tentang persahabatan, tentang sebuah cita berdiri di lantai tertinggi pulau Jawa.

Tepat hari pertama pada tahun 2014 saya mencoba membuka mata pukul 9 pagi waktu setempat. Masih sungguh berat rasanya mengingat sedikitnya waktu untuk istirahat yang terampas kebahagiaan berkumpul bersama teman-teman di sebuah gedung yang tak lain adalah rumah kedua saya saat dulu, Bina Kasih. "Bro, jangan lupa nanti kita futsal jam 12 di Samba" dengan mata yang sebenarnya masih cukup lekat, saya mencoba untuk membaca sms dari salah satu teman saya.

Singkatnya saya mendapatkan panggilan telepon dari Ela saat saya sedang di lapangan futsal. Ia adalah salah satu teman dekat saya. Ia hendak memberitahukan bahwa ia akan segera merapat di kota Wonosobo sore hari nanti. Sedangkan Jay baru akan bergabung esok paginya dengan Ias dengan menggunakan bus Sinar Jaya dari Tangerang. Terakhir adalah Eli yang baru akan merapatkan diri di kota Wonosobo pada tanggal 2 sore harinya. Kita berlima berencana akan melakukan perjalanan panjang ke daerah Jawa bagian timur untuk menapakkan kaki di salah satu puncak tertinggi.

Dua Januari 2014 semua telah berkumpul di rumah saya pada sore harinya. Saat itu kita gunakan kesempatan tersebut untuk melakukan pengecekan perlengkapan dan logistik yang akan kita gunakan untuk melakukan perjalanan menaklukkan puncak tertinggi pulau Jawa. Kita juga ditemani oleh salah satu teman baik saya yang berdomisili di Wonosobo untuk membantu kami layaknya seorang sekretaris, ia adalah Ria. Kita bekeliling kota untuk mempersiapkan segala sesuatunya sematang mungkin. Dari administrasi seperti Surat Keterangan Sehat, materai, hingga tas carrier, tenda, logistik dan lain-lainnya.

Malam harinya setelah semuanya telah lengkap, kami pun memastikan tidak ada satupun perlengkapan kita yang tertinggal. Ias mencoba menghubungi pihak TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) dengan HP canggihnya. Yap, rasanya semua telah terbungkus rapi, semua telah siap. Kamipun pergi mengistirahatkan badan kami untuk mempersiapkan fisik kami esok hari.

Sunday, January 19, 2014

Kebahagiaan yang terbungkus dalam Kesederhanaan, Sebuah Catatan perjalanan Gunung Sindoro 3.125mdpl

Liburan, ya siapa yang tidak menginginkan hal tersebut. Sebagai manusia, kita tentunya memiliki aktivitas dalam keseharian kita, entah yang masih belajar, bekerja, atau lainnya. Yang jelas kita satu sama lain memiliki aktivitas meskipun dengan intensitas dan karakteristik yang berbeda-beda. Nah, karena memang kita telah jatuh dalam dosa, kita memiliki banyak kecenderungan natur dosa, salah satunya adalah mudah merasa bosan. Sekarang siapa yang tidak bosan jika setiap harinya hanya belajar dan belajar saja, atau bekerja dan bekerja saja. Maka dari itu kita mengenal istilah liburan, sebuah kesempatan dimana kita berhenti dari rutinitas sehari-hari kita untuk melakukan sesuatu yang diluar kebiasaan kita.

Dengan sifat dan karakter manusia yang berbeda-beda, tentunya menimbulkan cara yang berbeda-beda pula dalam setiap insan mengisi waktu liburan mereka. Ada yang memilih untuk menghabiskannya dengan tidur terus terusan dengan alasan, kurang tidur saat terbelenggu rutinitas. Ada yang berkumpul dengan teman-teman dengan alasan, kekurangan waktu saat dikekang aktivitas. Ya, menurut saya tidak ada yang salah, terserah mereka mengisinya dengan hal apa dan bagaimana, asalkan tidak melanggar dari ketetapan norma dan agama, bagi saya sah-sah saja.

Ini dia yang akan saya sharingkan, sebuah pengalaman yang benar-benar tidak dapat saya lupakan. Tahun 2013 hampir mengakhiri hari-harinya, dan ini waktu saya dapat kesempatan untuk liburan. Saya mengisi waktu liburan ini dengan sebuah kegiatan yang sangat tidak saya duga sebelumnya. Memang sempat terencana untuk mendaki sebuah gunung yang terletak di kabupaten Wonosobo dengan ketinggian 3.125mdpl, tapi saya kira rencana itu akan tergantikan dengan sebuah gunung yang memiliki ketinggian sekitar 2.600an mdpl.