Friday, March 21, 2014

Kebenaran (tanda tanya)

Yap, lagi-lagi blog menjadi pilihan buat sharing tentang apa yang didapatkan hari ini. Sedikit flashback kebelakang, tiba-tiba saya mendapatkan pesan singkat melalui bbm bahwa saya diharapkan datang ke kampus esok hari untuk menghadap sang pimpinan jurusan. Well, bukan masalah tentunya bagi saya, selain tidak ada agenda, dan memang hari ini benar-benar free, jadi tidak ada masalah jika saya meluangkan waktu saya untuk menemuinya, selain saya pikir juga pasti ada hal penting yang akan dibicarakan.

Yap, benar saya, setelah jam makan siang, saya menghadap beliau. Oke, awalnya kami membicarakan mengenai tugas yang akhir dari salah satu kelas yang sedang saya ikuti, berhubung dosen yang bersangkutan minggu ini tidak masuk. Tapi, itu bukan inti pembicaraan kami, setelah dirasa cukup membicarakan mekanisme yang akan dilakukan tentang tugas tersebut beliau pun langsung menanyakan sesuatu hal yang terjadi pada kelas minggu lalu.

Begini ceritanya, minggu lalu adalah hari dimana tugas akhir saya sebagai tanggung jawab atas perkuliahan selama empat tahun harus dikumpulkan. Dikarenakan sibuk menyelesaikan milik pribadi dan membantu teman-teman yang belum menyelesaikannya maka konsekuensi logisnya adalah saya harus mengorbankan beberapa jam tidur yang seharusnya dapat saya manfaatkan. Akibat dari tidak tidur tersebutlah yang membuat saya bangun kesiangan pada hari dimana saya seharusnya memiliki kelas pukul 9.30, tetapi saya terbangun pada pukul 10.10. Tidak dapat mengelak, terjadi pergejolakan di dalam hati, antara melanjutkan tidur, atau nekat pergi ke kelas. Berpikir-berpikir, dan akhirnya pilihan jatuh kepada pilihan kedua. Segera saya mandi dan berjalan cepat menuju ruang perkuliahan. Selayaknya orang yang memiliki kesalahan, maka rasa takut menyelimuti sebagian pikiran saya sehingga saya tidak dapat berpikir secara jernih lagi. Saya ragu untuk mengetuk pintu dan masuk ke dalam, justru saya berkomunikasi dengan beberapa teman saya yang ada di dalam dengan bahasa tubuh. Teman-teman saya menyarankan saya untuk langsung masuk saja, tetapi saya tetap masih ragu. Akhirnya salah satu teman saya, sebut saja Emon, keluar dan pergi ke toilet. Saya menunggunya, dan berharap dapat masuk ke dalam kelas bersama-sama.

Keputusan tersebut ternyata menjadi sebuah kesalahan besar bagi saya, memang saya diijinkan mengikuti perkuliahan meskipun telah terlambat cukup lama, tetapi sang dosen merasa kecewa dikarenakan saya tidak menghadapi kesalahan saya tersebut dengan jantan. Itulah yang menjadi kesalahan terbesar saya. Tetapi yang lebih sialnya, Emon yang awalnya memang tidak sengaja membubuhkan tanda tangannya dikolom nama saya (dan tentunya dia sudah menghapusnya sebelum saya berada di dalam kelas) tersebutlah yang menjadi awal kecurigaan sang dosen tentang istilah 'titip absen'. Padahal jelas-jelas saya tidak ada komunikasi dengan Emon sebelumnya, dan tanda tangan yang dibubuhkannya pada kolom saya adalah tanda tangannya (logikanya jika MEMANG dia hendak memberikan saya tanda tangan, tentunya dia akan mencoba tanda tangan semirip mungkin dengan milik saya).

Nah, kembali ke perbincangan saya dengan sang kepala jurusan. Ternyata masalah yang sudah kita coba jelaskan di kelas dengan sang dosen berujung pada penyerahan mekanisme yang berlaku pada institusi dimana saya menuntut ilmu. Well, beberapa penjelasan telah saya jelaskan kepada beliau, tetapi tetap saja beliau tidak mempercayainya. Sebenernya masalah ini sudah dianggap selesai, tetapi beliau terus menerus menyarankan saya untuk tidak mengulanginya lagi. Saya pun tidak dapat menerimanya, dimana saya benar-benar tidak tahu menahu tentang tanda tangan tersebut, saya memang mengaku salah atas keterlambatan saya. Beliau mengatakan, jika masalah ini di angkat lagi, maka saya terancam akan mendapatkan hukuman berat, yaitu bisa saja saya harus lulus tahun berikutnya.

Cukup membingungkan memang, tetapi dari kejadian tersebut, saya mengatakan kepada beliau bahwa jikalau saya harus mengalami hukuman tersebut saya akan menerimanya. Bagi saya, salah dihadapan manusia itu bukanlah masalah, yang jelas saya yakin Tuhan mengetahui apa kebenarannya. Memang akan sangat lucu bagi saya pribadi jika saya harus dijatuhi hukuman atas apa yang tidak saya tahu dan lakukan. Tetapi kebenaran adalah mutlak, lebih baik dipandang salah dimata manusia tetapi benar dimata Tuhan, daripada saya dipandang benar oleh sesama manusia tetapi ternyata salah dimata Tuhan.

No comments:

Post a Comment