Monday, March 30, 2015

Hujan dalam sebuah Siang

Rasanya aneh, jika the sleeper dikatakan tidak menyukai es krim. Sebuah jajanan mendunia yang hampir disukai oleh banyak kalangan baik dari bayi sampe aki-aki, the sleeper kira semuanya akan menyukainya. Begitulah, fantasi rasa es krim yang sangat susah dituliskan dalam kata-kata itu menemani perenungan siang panas itu. Entahlah, mungkin matahari sedang merasa bersemangat kala itu, hingga kulit ini rasanya sedikit mematang. Tapi bukan ini maksud ceritanya, siang itu the sleeper tersadar akan sebuah bisikan, entah datangnya dari mana, yang jelas begemelut di dalam batin. Sebuah rasa yang sepertinya sangat sulit untuk dibahasakan. Ibarat petani merindukan hujan dalam terik siang.

Aneh rasanya, jika dalam kehidupan ini kita merasa apa-apa itu bebas. Coba saja jika demikian, pasti sudah akan aku katakan semua ini padanya, mungkin karena aku sudah tidak mampu lagi untuk menahannya, yang selalu begemelut dan melilit batin pikiran ini. Tapi ingatlah, justru kebebasan kita itu adalah kebebasan yang terbatas, kita di batasi oleh kebebasan orang lain itu sendiri, ya simplenya begitu. Oleh karenanya meskipun ini hati mengharapkan rintik hujan datang siang itu, mulut tetap saja akan terbungkam, ynag hanya mampu dibahasakan oleh sebuah tatapan, ya, biarlah mata saja yang berbicara tanpa harus mengeluarkan kata-kata, karena hal tadi, karena hidup itu bebas, dalam sebuah batasan.

Ya meski the sleeper yakin, bahwa ada saatnya nanti ketika es krim ini telah habis terletan, dan mendinginkan pikiran, adakan ada waktunya, waktu dimana hujan akan mengguyur siang, sesuai harapan, sesuai impian. Ijinkan sesuatu yang mencekik ini keluar, agar dia juga tahu, apa sebenarnya yang ada beberapa waktu ini. Meski sekali lagi, mungkin hanya mata yang mampu berkomunikasi.