Saturday, June 30, 2018

Daun Tak Pernah Membenci Angin yang Membawanya Terbang.

Cerita ini telah tersebar luas menjadi seperti cerita turun temurun dari para nenek moyang yang penulis aslinya pun aku tak pernah tahu. Kehidupan tak bisa dipersempit dalam logiga daun, angin maupun pohon. Ketiganya hanya mencoba menggambarkan sesuatu yang begitu besar, yang begitu abstract sehingga orang sulit dalam mendefinisikan dan menceritakannya. Oleh karenanya manusia cenderung mendistorsi makna demi, setidaknya tercapai sedikit maksud yang ingin dibahasakan.

Dunia dan kehidupan berlomba selalu membuat tanda tanya, baik untuk sang daun, yang memilih tinggal atau pergi, buat sang angin yang memilih bertiup atau tenang, atau untuk sang pohon yang diam menua bertahan dari segala terpaan. Setiap tanya menuntut keputusan, dan setiap keputusan menuntut harga yang harus dibayar, konsekuensi. Apapun yang diputuskan oleh siapapun menuntut sebuah konsekuensi yang harus dibayar oleh pihak-pihak yang membuatnya, bahkan terkadang harus dirasakan oleh pihak-pihak yang bersinggungan. 

The sleeper bukan angin, bukan daun, dan bukan pohon, the sleeper ketiganya, the sleeper bukan ketiganya juga pada waktu yang bersamaan. Tak ada analogi yang mampu menggambarkan secara utuh. Jawaban atas tanya selalu berujung pada keputusan, keputusan untuk bahagia atau sebaliknya. Namun the sleeper punya sedikit pesan, bahwa keputusan haruslah bulat hasil dari pemikiran dan kedamaian. Pemikiran mewakili logika, dan kedamaian mewakili perasaan. Sedih dan bahagia hanya bicara soal waktu, dulu dan nanti akan terus menjadi saksi untuk setiap pilihan dan keputusan kehidupan yang terus dan konsisten kita pilih.

Kau adalah pribadi, keluarlah, terbanglah.