Tuesday, May 10, 2016

Tanda Tanya [2.05]

Untuk apa manusia itu hidup?
Untuk mati atau untuk hidup itu sendiri?
Lalu kenapa tak kau biarkan saja,
dirimu membeku, lalu kaku
di sudut kamarmu?
Membiarkan gelap serta keputus-asaan
menguasaimu, lalu mati?
Karena toh memang tubuh ini akan kembali
menjadi debu...

Matahari ada untuk kehangatan
Pelita hadir untuk sebuah pengharapan,
Sinar purnama ada untuk sebuah tuntunan,
namun kenapa kehadiranmu ada justru untuk
sebuah pertanyaan?
pertanyaan dalam sebuah wujud tanda tanya.
Tanda tanya yang mampu mengeringkan
sendu air mata lalu mengubahnya menjadi
satu luka terbuka.

Semakin melangkah demi satu arti
dari tanda tanya itu,
tak membuatku semakin mengerti
atau mungkin jawaban dari tanda tanya itu
memang tidak selau pada titik,
tapi bisa juga pada sebuah koma.

Karena ini adalah sebuah irama,
maka siapa yang berhak membuat akhir kata?
tentunya sang Pencipta, sang Alfa dan Omega.

Monday, May 2, 2016

"The Blind Side"

Mungkin mendengar judul tersebut langsung terlintas tentang satu film garapan John Lee Hancock. Film yang memang dikemas begitu apik hingga mampu membawa emosi penonton tetap terjaga dengan plot-plot yang rapi ditambah dengan akting para aktor yang sulit untuk menemukan titik kelemahannya. Meskipun ending beberapa scene dapat ditebak, namun keseluruhan begitu mengalir dan memancing. Nah loh, kok jadi membahas film sih? Bukan itu sebenarnya inti apa yang the sleeper ingin bahas kali ini, tapi tentang menilik lebih dalam dari kata yang ada pada judul film tersebut. "The Blind Side" aliran kata ini mengalir mengisi otak dengan berbagai macam spekulasi yang ada.

Mungkin bisa saja diterjemahkan seperti apa yang pada film juga mungkin ingin sampaikan, bahwa memang Tuhan menciptakan manusia dengan dua mata di depan, bukan meletakkan satu di depan dan satu lagi di belakang. Seolah Tuhan ingin mengatakan, tenang ada bagianKu yang pasti akan menjagamu, dimana kamu sendiri tak mampu untuk melihatnya.

Dengan setiap talenta dan kemampuan yang kita miliki terkadang kita terlalu nikmat untuk mengeluarkan setiap cacian tentang ketidak berhasilan mata dalam menerjemahkan fakta yang ada. Bukankah memang paling mudah adalah menyalahkan kondisi? Lalu kita juga berteriak, dimanakah keadilan? Atau coba kita bicarakan hal yang positif disini, ketika berdiri di satu titik yang cukup tinggi, bukankah bibir ini akan mudah untuk berucap, "akhirnya apa yang selama ini aku perjuangkan tergapai?" Tanpa sadar bahwa terkadang kita lupa, bahwa Tuhan itu unik,

Cara yang dilakukanNya, cara yang digunakannya, bukan lewat sebuah kejadian besar, yang mungkin dengan kedua mata ini dengan mudah kita akan mampu menerjemahkannya. Tapi, justru seringkali Dia menggunakan bagian the blind side itu sendiri, untuk memastikan kita berjalan pada koridorNya. Ya walau lewat celah yang sempit, atau berdiri di puncak yang tinggi. Tapi itulah, justru karena bagian itu adalah bagian yang tidak nampak oleh mata kita, justru bagian itulah yang paling sering untuk kita abaikan.

Ia meletakkan pribadi-pribadi yang tidak terduga berada disekitar kita, yang akan melindungi kita tetap pada koridornya, meskipun terkadang kita tidak menyadarinya, atau justru malah memakinya.