Saturday, July 30, 2016

Tepian


"Kadang menepi lalu sendiri, menjadi satu alternatif yang manjur dalam mengobati. Disitu aku belajar bahwa hidup tak perlu menyalahkan siapa-siapa, cukup untuk belajar dari apa yang terjadi. Dan saat aku mendaki, aku bukan berarti pergi, aku hanya memastikan hatiku, bahwa Tuhan masih jauh lebih besar daripada kesombongan yang aku miliki. Lalu ketika nanti aku kembali, saat itulah aku akan mengerti, rumah mana yang terus menanti. Baik pergiku, maupun kembaliku, dan ingat ini bukan penghianatanku, ini persiapanku." - 2015

Sunday, July 24, 2016

Kejarlah yang Benar

Jika seandainya aku boleh melangkah, rasanya aku ingin kembali. Selama ini aku sudah cukup lelah, aku mengejar dan terus mengejar, hal-hal dunia yang jelas-jelas salah. Apakah masih layak? Aku sadar ini bukan hukum sebab akibat, ini bukan soal karma. Aku mendapat karunia bukan karena apa yang telah aku tanam, bukan juga tentang apa yang telah aku lakukan. Ini benar-benar sebuah anugerah.

Tak perlu lagi aku menguras pikiranku dengan hal-hal yang bersifat sementara, ada satu yang hakiki, dan aku tak menghiraukannya lagi. Kini, saat aku ditangkapNya lagi, biarkan ini menjadi satu keputusan yang akan aku ambil. Karena bukan keadaan yang bisa aku perbaiki, tapi diriku sendiri. Saat inilah, aku ingin kembali belajar, merasakan setiap sentuhan sang Maestro dalam setiap tragedi dan nada-nada minor.

Waktu itu hanya media saja, jika kelak aku diberi mengerti, bahwa apa yang aku perjuangkan selama ini bukan untuk hal-hal yang aku ingini, aku percaya Dia tahu yang terbaik. Tugasku sekarang adalah kembali dan mencoba mengerti, bahwa Dia itu setia, dan terus menanti. Aku percaya bahwa umatMu akan terus belajar menjadi serupa denganMu. Engkau yang terus setia dan menanti, hingga seperti saat ini aku kembali, Kau tetap membuka tanganMu, murkaMu sudah berlalu, kini kasihMu yang melingkupiku. Kini penyertaanMu yang akan menjadi panduku.

Bukan aku tidak mau percaya lagi, bukan juga tidak mau aku mendengarkannya lagi, kata-kata duniawi, quote-quote yang kadang mendistorsi. Tapi kadang aku menggunakannya untuk menuntun kehidupanku, atau pikiranku, bukan dengan ManualMu yang seharusnya aku pegang dan aku renungkan. Aku takut aku sudah me-tuhan-kan hal-hal tersebut, atau bahkan me-tuhan-kan apa yang ada disekitarku. Hari esok Kau yang pegang, kejutanMu memang tak masuk dilogika, tapi aku ingin bersandar, aku ingin terus berserah, pada-Mu yang Hakiki.

Thursday, July 21, 2016

Buat 'kamu'.

Entah bagaimana aku harus berkata atau bertindak. Menanggapi apa yang telah terjadi dan akan terjadi. Masa lalu aku tahu, masa depan Dia yang tahu. Masa lalu, ya kini aku sudah berdiri di penghujung liburan. Meskipun sepertinya aku cukup curang, aku merasa aku telah mengambil start liburan lebih awal. Apa? Ya tentu saja senang, banyak pengalaman tak terduga boleh aku dapatkan, dari yang paling membahagiakan, hingga paling menyakitkan. Tapi aku mensyukuri hari demi hari, ada saja yang Dia mau sampaikan, dari sebuah omelan, atau kelegaan. Terdengar egois mungkin, tapi memang sudah lama aku tak memikirkan diriku sendiri, dan ini, membuat aku mengerti, ada kalanya aku juga butuh untuk merasa, apa yang namanya bahagia, berawal dari rasa menerima, legowo orang Jawa menyebutnya. Banyak hal-hal yang dulu hanya stuck di gambaran maupun impian semata, boleh aku alami secara langsung, wow, paket lengkap kayaknya, meski banyak pengorbanan, tapi inilah hidup, penuh pilihan dan tidak ada yang tidak butuh pengorbanan. Bodoh? tidak juga, aku tahu apa yang sedang aku lakukan. Iya mungkin terlihat bodoh, tapi menurutku hanya orang bodoh yang memilih hidup dan mati nanti dengan rasa menyesal, atau minimal tak tahu apa yang selama ini dikerjakannya. Aku memilih untuk dikatai bodoh, tapi aku tahu apa yang menanti didepan sana, impian yang aku dambakan, dan tujuan yang aku perjuangkan. Meski masih banyak tantangan terbentang di depan, ya itu memang paket yang harus dikerjakan dan didoakan. Masih jelas kok, tentang lagu-lagu yang didengarkan, tentang matahari yang berlahan naik, atau berlahan terbenam, tentang lembut suara air, tentang canda atau tawa, juga tentang cerita yang memang kadang membawa luka. Aku menikmatinya, mensyukurinya, anugerahNya memang kadang tak diterima logika.

Masa depan nanti, tentu aku percayakan saja kepadaNya. Dia yang akan terus merajut setiap asa yang aku panjatkan dalam doa. Maaf jika dalam cerita egoismeku ini ada hati yang terluka. Aku tahu biasanya aku akan mengalah, tapi kali ini aku akan melangkah.

Kesibukan kedepan, aktifitas kedepan, kegiatan kedepan, akan menyita banyak pikiran serta waktu, baik punyaku, punyamu, atau punya mereka. Tapi ingatlah, Tuhan punya banyak cara, bukan soal menjaga rutinitas, bukan juga soal bertukar kabar belaka. Ada hal yang Dia mau kita tajamkan, mungkin itu soal kesabaran. Jika waktu benar adalah media pembuktian, dia tidak akan pernah berdusta untuk menyampaikan apa yang Dia inginkan dalam hidup kita. Jalanilah, bersukacitalah, syukurilah. Petualangan hidup kedepan akan jauh lebih menantang, akan jauh lebih menegangkan. Bersiaplah, dan percayalah.

Wednesday, July 20, 2016

2958 part 3

Puncak, sepertinya nama tempat tersebut sudah tidak asing lagi bagi masyarakat yang tinggal di ibu kota. Dingin suhunya, macet jalannya, sejuk hawanya, indah panoramanya, enak makanannya, dan lekat kenangannya. Akh, nostalgia mengingat tempat satu ini. Dulu saat masih duduk di bangku sma, sering mendengar dan memimpikan, akhirnya Tuhan ijinkan merasakannya saat-saat ini. Tapi bukan sekedar Puncak yang akan aku bahas kali ini. Penghujung liburan ini aku diberikan kesempatan untuk dapat pengalaman menatap Puncak dari ketinggian. Sebenarnya ini kali ketiga bagiku menapaki perjalanan ini, perjalanan pertama sudah aku sharingkan sebelumnya sekitar 3 tahun yang lalu, kemudian yang kedua akan ku simpan, ini milik pribadi, banyak kejadian dan cukup ada di hati. Lalu ini yang ketiga, cerita perjalanan, menatap bumi dari julangan tanah yang seolah membentuk tebing-tebing tinggi darinya, ya puncak Gede (2958 mdpl) adalah tujuanku.

Perjalanan kali ini aku akan menjadi peserta rombongan yang diketuai oleh pembimbing rohani dari FF. Rencana awal perjalan ini akan diikuti oleh 14 pendaki, terdiri tim UPH 9 dan ITI 5. Namun karena beberapa faktor yang tidak dapat dijabarkan akhirnya menjadi UPH 4 dan ITI 6. Salah satu dari kami adalah anak dari pembimbing rohani kami, panggil saja dia Navy, ya usianya mungkin belum genap 13 tahun, tapi ini adalah salah satu pendakian yang memang dirancang sebagai salah satu kado atas kelulusan dari Sekolah Dasar.

Segala persiapan pra-pendakian telah diatur sedemikian rupa oleh sang ketua, pak JH. Aku sebagai peserta disini bisa menikmati liburan lebaran tanpa membingungkan persiapannya. Hanya beberapa logistik dan perihal administrasi yang harus aku siapkan.

Tuesday, July 19, 2016

Keadilan Jiwa

Semakin kesini, seharusnya semakin bertambahnya usia semakin juga bertambahnya pengetahuan. Nyatanya, justru kadang the sleeper sering terjebak dengan hal yang disebut dengan pengertian. Apalagi jika itu sedang dikaitkan dengan keadilan. Rasanya meski telah memeras otak begitu dalam, tetap saja the sleeper bukannya semakin paham, justru semakin hilang.

Tahu sih, bahwa memang keadilan bersifat sangatlah relatif, atau dapat juga the sleeper katakan sebagai manifestasi suatu pandangan personal. Jadi belum tentu apa yang menurutmu adil dapat diterima oleh the sleeper sebagai sebuah keadilan, atau sebaliknya.

Ada orang yang sedang berjuang demi sebuah kebaikan dan kebenaran, ya benar langkahnya belum sempurna, tapi setidaknya mengalami peningkatan. Ada juga orang yang mengaku berjuang demi sebuah kebersamaan, tapi justru merenggut impian dan masa depan. Lalu manakah yang pantas untuk menerima celaan, atau hinaan? Akh keadilan itu relatif, kamu akan pusing memikirkannya, yang perlu dilakukan adalah berhenti membandingkannya. Sang Adil yang sejati tahu bagaimana menakar porsinya, dan kita hanya melakukan saja apa yang dikatakanNya. The sleeper sadar, ini hanya keinginan semata, keinginan akan sebuah keadilan, hasil dari membandingkan, hasil dari keegoisan. Ya itupun sebenarnya tidak dibenarkanNya.