Thursday, February 15, 2018

Irama Kini atau Nanti

Tak ada hal yang lebih memilukan dibanding garam yang tak lagi asin. Tak ada kisah yang lebih menyedihkan dibanding daun yang tergeletak lemas tak berdaya tersapu angin dari sang dahan. Tak ada yang lebih membingungkan untuk melihat 2 sisi mata koin secara waktu yang bersamaan.

Orang bertanya-tanya tentang tujuan tentang masa depan. Orang sibuk saling mengejar kenyamanan nanti dan mengorbankan saat ini. Orang menjual diri untuk pengakuan, untuk pernyataan awal bukan sebuah kesimpulan. Orang akan susah makan jika tak menjadi serupa atau setidaknya tidak berbeda. Lalu kemunafikan menjadi hal yang biasa, seolah sudah menjadi sebuah irama, merasionalkan untuk menerimanya saja.

Rasio kehidupan seolah sedang disempitkan dan disederhanakan dalam sebuah panggung hiburan. Dimana esensi tak menjadi apa, asal sensasi berkesan untuk semesta. Pengertian tak menjadi hal yang utama, selama semua bisa menarik emosi, entah tentang tangis, atau tawa. Atau hal-hal akan jauh lebih menarik jika bukan bicara tentang visi atau prestasi, justru sekedar tentang citra atau retorika.

Angin akan selalu mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Lalu air akan terus mencoba menuju peristirahatannya. Dunia juga akan terus berputar, tergantung daun akan tergerus derasnya perubahan atau memilih memilih menjadi racun untuk dirinya sendiri.

Wednesday, February 7, 2018

4 Kisah

Sepertinya the sleeper harus skip beberapa PR tulisanku yang sebenarnya sudah dipersiapkan untuk di post, untuk menutup 2017 dan menggantinya dengan 2018. Ada satu hal yang malam ini bener-bener menampar the sleeper secara halus namun begitu berbekas, begitu berasa. Gie pernah berkata, jangan sekali-sekali menjadi munafik, dan tak apa untuk diasingkan, asal jangan kau jangan sekali-sekali menjadi seorang pembohong yang fatal, karena berbohong ke diri sendiri. Tapi secara tidak sadar, sepertinya itu justru yang sedang terjadi dalam perjalanan kehidupan the sleeper. Berjalan terlalu aman, sehingga begitu sombong untuk mau mewujudkan ide-ide dan impiannya. Terlalu naif mengembangkan pemikiran dan harapannya, tanpa mau merendahkan diri untuk berani mewujudnyatakan.

Mungkin kali ini the sleeper ingin bercerita tentang 4 kisah, pertama, the sleeper pernah bertemu dengan satu batuan lava, yang begitu mempesona, begitu bercahaya, dan sepertinya hampir semua orang-orang memujanya. Seandainya saja the sleeper bisa membawanya pulang, menjadikannya objek utama di aquascape yang ada. Tapi the sleeper harus tahu juga, bahwa batu ini juga begitu tajam, endapan dari letusan gunung purba kala itu membuatnya bisa merobek objek-objek yang berusaha bermain dengannya tanpa mau untuk memahami bagian-bagian mana saja yang bisa disentuh. Tapi the sleeper belajar, bahwa dia bisa seperti dia saat ini karena telah mengalami dua hal yang sangat membentuk, yaitu waktu dan tekanan. Dimana hal tersebut sudah semestinya dimanfaatkan dengan baik oleh batu lava ini. Di sisi lain, terkadang the sleeper juga tercengang, bahwa dia juga begitu fragile dibalik hal-hal mempesona yang ada pada dirinya.

Kedua, the sleeper mengenal seekor ikan salmon yang begitu unik, ya kita pasti tahu yang namanya ikan salmon pasti akan berenang melawan arus, melompat, berenang, melawan dan menghadapi tantangan tertangkap oleh beruang. Namun, salmon ini berbeda, dia tidak hanya sekedar melawan arah seperti yang teman-temannya lakukan, dia justru berenang menuju dunia yang benar-benar dia inginkan, meskipun terlihat aneh, dia berenang menuju kecabang sungai, berenang dimana air disana tak terlalu bersih, dengan arus yang cukup keras, sehingga tak banyak ikan yang memilih untuk berenang di sungai tersebut.

Ketiga, the sleeper mengenal sebuah putik bunga yang begitu wangi dan indah untuk di pandang. Namun putik ini berjuang sedemikian rupa, melawan naturnya, dia ingin menjadi bunga itu sendiri. Dia meronta, dia merintih, berusaha keras agar orang tak melihatnya sebagai putik, tapi bunga itu sendiri. Usahanya tak sia-sia, putik ini sangat menawan, sangat mempesona, sehingga tak ada serbuk sari yang menempel di bagiannya, karena begitu licinnya permukaan dan pertahanan yang dibuatnya untuk terlihat seperti bunga. Sehingga karena alam bawah sadarnya itu, ia lupa bagaimana untuk menjadi putik seharusnya.

Kisah keempat, kisah tentang daun yang memilih terbang bersama angin, yang dia mempertaruhkan harapannya, terbang tinggi atau terjatuh, tergeletak lalu mati.

Aneh saja, pemikiran-pemikiran ini bermunculan disaat logika terus menggerus, dan menjadikan the sleeper yang berjalan berdasarkan ketakutan, bukan kasih atau kebahagiaan yang seharusnya menjadi dasar. :)