Sunday, October 30, 2016

Hei kau, Gie

Akankah sekarang kau menyebut dirimu sebagai seorang yang beruntung, Gie? Tak lebih dari 2 tahun kau melihat pemerintahan di tangan orang yang baru, lalu kau memilih untuk tiada. Siapa kau sebenarnya Gie? Seorang yang mampu menghidupi setiap kata-katamu. Benar, kau memilih untuk diasingkan, daripada mengalah kepada kemunafikan. Atau kau mampu berjuang untuk sesuatu yang bukan apa-apa? Atau menurutmu cukup kau memberi contoh soal patriotisme yang tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan, atau kau sudah cukup mengenal negeri ini dan budaya-budayanya? Tidak kah kau mau untuk hidup lebih lama lagi, menjadi pendobrak bagi kemapanan semu negeri ini, Gie? Atau menjadi seorang pejuang cinta dengan kata-kata gombalanmu yang sungguh mempesona? 

Iya, kau benar Gie “Makhluk kecil kembalilah. Dari tiada ke tiada. Berbahagialah dalam ketiadaanmu.” kini kau sedang berbahagia, aku yakin, saat itu juga kau sedang menangis sebenarnya.

Monday, October 10, 2016

Totally

Sudahkah kalian menikmati betapa serunya film Catch Me if You Can? Masih terus terbayang jelas, bagaimana Frank dengan begitu terlatih menjadi seseorang yang mampu meraup keuntungan secara pribadi hingga milyaran Dollar. Tapi bukan disitu poin yang ingin the sleeper ceritakan, tapi bagaimana ia sangat menguasai perannya, bagaimana ia memilih jalannya secara totalitas, tidak setengah-setengah dengan latar belakang sakit hati karena melihat kondisi orang tuanya, khususnya sang ayah. Yang pada akhirnya ketika kebenaran telah disingkapkan, ia juga menjadi seseorang yang total dalam kebenaran itu sendiri.

Tertawa rasanya, sempat memiliki iri kepada orang-orang yang memiliki ini dan itu. Betapa mereka di elu-elu kan oleh pasangannya, teman-temannya, rasanya mereka melakukan totalitas dalam kehidupannya. Sayang ketika kebenaran menyingkapnya, mereka juga tidak lebih dari sekedar manusia berdosa pada umumnya. Tapi siapalah orang yang mampu mengomentari, jika apa yang muncul selalu hal-hal yang baik? Selalu hal-hal yang menyenangkan dan diinginkan? Secara religius dikatakan justru terus mendekatkan teman-temannya atau pasangannya kepada sang Khalik? benarkah? Logika macam apa, ketika seseorang mendekatkan diri teman-temannya, atau pasangannya kepada sang Pencipta, tentu mereka akan menjalani dengan sepenuhnya bukan sebaliknya, malah menjerumuskannya? atau bukan penampakannya saja? Tapi kenapa fakta yang ditemukan berbeda? Atau sebenarnya as simple as sebenarnya mereka itu tidak total, itu saja, tapi siapakah yang berhak menghakiminya?

Teori inipun the sleeper yakin muncul berdasarkan ketidak totalan dari pemikiran the sleeper itu sendiri. Kebingungan, menjadi total dalam dunia, atau total dalam kebenaran. Kembali lagi, memang sebenarnya tidak ada ranah abu-abu, dimana keraguan dan ketidak mantapan hanya akan berlahan menggerogoti kebenaran. So, pesannya adalah total, pilihannya, di jalan yang mana.