Sunday, November 20, 2016

Waktu

Kata Charlene, waktu Tuhan bukan waktu kita, jangan sesali keadaannya. Mungkin mendengarnya tidak semudah mengaplikasikannya. Siapa yang tidak memiliki trauma, siapa yang tidak memiliki kekuawatiran? Pastilah semua orang merasakannya, baik yang disadari maupun tidak. Disaat-saat seperti ini, kok rasanya terinspirasi sekali dengan Gie, yang mati 1 hari sebelum hari ulang tahunnya. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, yaelah, apa yang udah dibuat selama hidup ini? Karya? Nol besar, yang ada masih egois mikirin diri sendiri, sedangkan Gie? Patriotisme yang dia kenal bukan sekedar slogan, dia bisa mencintai negerinya, dan wanita-wanitanya dari hati.

Lalu sekarang bagaimana? Memilih berkarya atau berenang dalam impian-impian semata? Tentu setan sudah menengok, mengintai tajam, menunggu saat-saat lemah, lalu menyerangnya, tanpa kita bisa mengelaknya. Terus bagaimana? menyerahkah? Mungkin sekarang adalah kesempatan untuk kembali lagi. Terlihat gila, dan kagum luar biasa. Masakan ada satu pribadi yang terus setia menanti, padahal apa yang kita lakukan itu adalah apa yang tidak mengenakkan di hadapannya. Bahkan sampai satu titik, kita sendiri yang merasa bahwa jijik dengan setiap penyesalan, yang lagi dan lagi, tapi terus terulang. Namun, kenapa dia tetap berada disana? Menanti, bahkan ketika aku mencoba menirunya, tak kuat raga dan jiwa ini.

Satu kata, thankyou :), meski itu tak akan mampu untuk menghapus setiap kelakuanku dulu.

Saturday, November 19, 2016

Babak Baru

Hei, the sleeper datang dengan tampilan baru loh. Semoga dengan perubahan ini apa yang bakal di posting kedepannya nanti bakalan konten-konten yang berbobot, setelah sebelumnya kebanyakan buat mencurahkan isi hati. Tapi nanti kalau the sleeper bakalan tetep sering curhat ya maafkan, karena natur blog ini emang untuk papan kreasi kata hati.

Sebelumnya belakangan kepikiran nih the sleeper tentang arti dari penyesalan yang sebelumnya sempat pernah di takutkan dengan sangat. Tapi this is now, disinilah sekarang the sleeper berada, dan jika ditanya apakah menyesal selama ini, jujur pengen balik tanya, apa yang perlu disesali untuk segala sesuatu yang telah diperjuangkan dengan maksimal, apalagi menggunakan hati. Tak bisa the sleeper pungkiri, namanya sedih ya pasti. Tapi untuk apa yang telah terjadi, the sleeper bersyukur, buat waktu yang mungkin orang bilang itu buang-buang, tapi bagi the sleeper ini yang namanya proses, jalani dengan hati.

Sekarang seandainya ditanya, terus plan ke depan apa nih? Ya, ini respon the sleeper, mengejar mimpi. Waktu dan hidup kan punya Sang Ilahi, masakan Dia bakalan kasih apa yang anakNya ngga butuhin sih? Kan tergantung, kitanya setia atau ngga dan mau atau ngga. Masih banyak bucked list dan mimpi-mimpi, mari berbagi, dan belajar terus menjadi inspirasi. Isi hidup dengan sesuatu yang bermakna, masa lalu ada untuk sebuah alasan, masa depan menanti untuk sebuah perjuangan. Jangan mau berhenti, dan mati, ingat Dunia itu ngga terpatok pada pulau Jawa aja, kenali dan syukuri.

Monday, November 7, 2016

Mungkin Sebenarnya Sama

Hei, The Sleeper sedang pusing. Haha, ngga penting juga curhat sebenarnya, tapi tak mengapa, siapa tahu yang membaca catatanku ini akan memberikan masukan dan pandangannya, yang pasti akan memperkaya bagaimana logikaku dalam mencernanya. Karena ini cerita nyata yang dialami oleh teman dekat The Sleeper dan sedikit dialami oleh The Sleeper juga.

The Sleeper diperhadapkan dalam satu kondisi yang mungkin ini sederhana tapi tidak untuk saat ini, ini membingungkan. Hidup memang selalu punya pilihan, karena memang kita adalah ciptaan yang luar biasa, ciptaan yang istimewa. Tapi jujur, dosa dan kemanusiaan, sering mendistorsinya, sehingga The Sleeper kadang bias dalam memandangnya. Sebenarnya mau The Sleeper  memandang bagaimanapun, kebenaran itu kan miliki sang Pengetahuan, ya kita hanya mampu mempelajarinya dan menerkanya, dosa telah meracuninya.

Bayangkan jika kamu diperhadapkan dalam suatu hubungan yang begitu berat, begitu tidak mungkin, begitu melelahkan apa yang harus kamu lakukan? Kamu merasa menjadi seonggok sampah, yang tidak berarti lagi, sebenarnya bukan karena pasangannya, tapi mungkin karena hubungannya. Bagaimana coba? Padahal rasa sayang yang kamu miliki begitu besar terhadap pasanganmu itu.

Quote duniawi pasti akan mengatakan, ya namanya sayang tak harus memiliki, sayang juga harus merelakan, siapa tahu dia akan jauh lebih bahagia lagi. Wait, ini sebuah ketulusan atau penyerahan? Aku juga tak mampu membahasakannya, yang tahu persis adalah kita yang merasakannya. Tapi benarkah? Apa yakin kasih itu tidak memiliki? Kasih itu merelakan? Pertanyaan The Sleeper sebenarnya simple, apa yang hendak kau miliki, dan apa yang hendak kau relakan? Belajar dari kasih yang sejati, memang kasih tak akan pernah menyerah, bahkan ketika orang yang dikasihinya tak menunjukkan sebaliknya, ia justru rela memberikan segalanya, bahkan jika itu sebuah nyawa. Tapi The Sleeper sadar, bahwa kita adalah manusia, dosa telah mendistorsi, yang kita pandang mungkin terlihat benar tapi belum tentu. Bahwa jika pada akhirnya masih ada tanda tanya, lalu bagaimana? Apakah merelakan atau memperjuangkan? Jawabannya mungkin apa yang direlakan dan apa yang sebenarnya diperjuangkan. Jika pada akhirnya adalah aku, lalu itu akan sama saja. Tapi jika memang fokusnya adalah Pencipta, Dia tak akan pernah kurang kuasa. Karena Dia telah mencontohkannya, hanya kita saja yang penuh dosa, pasti akan sulit menirunya. Jadi pilihan tadi mungkin sebenarnya sama, hanya kembali lagi, apa tujuan dan fokusnya. Akankah masih aku, atau Dia, itu saja.

Tuesday, November 1, 2016

Surat Untuk Seorang Teman

Dear my friend,
Seseorang yang aku panggil sebagai sahabat, seseorang yang dalam kata kita jarang berbicara, tapi dalam laku kita saling menyapa, atau dalam tatap kita saling berkata.

Tahukah kamu, belakangan ini banyak sekali hal-hal yang boleh terjadi dalam hidupku ini, baik itu adalah hal yang menyenangkan, maupun sebaliknya. Tapi tentunya aku yakin kamu akan setia menanti, membaca setiap kata yang mungkin saja ada distorsi dari apa yang ada di dalam hati, tapi semoga mampu mewakili. Singkatnya saja, siapa yang menyangka, dalam setiap pergumulan panjangnya, aku boleh mendapatkan yang aku baca sebagai sebuah jawaban doa. Akupun yakin jika hal ini terjadi dalam hidupmu, kau akan kalap, atau tak jernih mencernanya. Semuanya seolah menjadi cokelat yang begitu terlihat manis mengenakkan, padahal kita belum tau bentuk dan bahan aslinya, apakah benar itu cokelat, atau daging, atau bisa saja kotoran kucing? ya siapa yang tahu, tapi bukan hati manusia namanya jika tidak menerimanya lalu merayakannya, akupun iya, bahagia.

Tak berselang lama kawan, namamu terlintas bagai petir menyambar di telinga dan depan mukaku. Kamu yang memang terlihat begitu baik dan begitu sempurna, kenapa bisa melakukan itu kepadaku? Kenapa kamu mampu? Aku terlalu pede mungkin, padahal bisa jadi tak ada aku sama sekali terlintas di pikiranmu, hanya duniawimu yang menyelimuti hati dan pikiranmu, bahkan perbuatan kejimu. Tapi teman, adakah kamu tahu kenapa itu harus terjadi padamu? Apakah kamu memikirkan itu saat ini? Kembali lagi, itu bukan hak ku untuk mencampuri ranahmu, tapi pesanku, kamu berhasil, mendegradasi sebuah masa depan, bahkan masa depanku sekalipun.

Lalu bahagiaku menyelimuti, datang khilaf dengan hiruk pikuk dan indah dunia, akupun dibuat terbuai dengan kata-kataku. Menelan ludahku, lalu merasakannya. Disini aku bodoh teman, aku tak mampu menghindari pesanku sendiri terhadapmu. Dunia ini begitu berputar cepat hingga aku tak sempat berfikir untuk memutuskan harus bagaimana, dan tibalah, pada saatnya penghakiman, yang akupun tak mampu mengelak, akupun salah. Meski dosaku masih saja berkata, masih beruntung kamu teman, sembari aku menelan ludahku sendiri.

Kini aku tak punya pilihan, aku ingin berkata dalam tatapmu lagi, bahwa akupun tahu, baik putihnya, maupun hitamnya. Tapi itu bukan fokusku. Aku ingin menceritakan tindakanku kali ini teman. Aku beroleh banyak pencerahan dan kelegaan. Aku hanya seorang pengusaha muda yang masih jarang berkreasi, tapi apakah kau tahu teman, bahwa banyak klienku yang datang kepadaku, lalu meminta beberapa tuntunanku untuk pengembangan usahanya juga. Jujur, aku tidak bisa menolak ini sebagai sebuah kebahagiaan. Jujur aku memang tak dibayar rupiah olehnya, tapi aku tau, sebagai seorang pengusaha, klien adalah raja. Jadi melalui beberapa diskusi dengan rekan sekerjaku, atau klien-klienku, aku mampu melihat bahwa jalan yang harus aku tempuh adalah komitmenku di dalam Tuhan. Inilah yang aku coba jalani sekarang, belajar bagaimana dapat melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang Benar. Kau boleh saja juga terlibat sebagai temanku yang antagonis, yang menyalahkan keputusan masa laluku, tapi apalah dayaku, itu tak mampu aku ubah, meski hanya sekedar memori belaka. Fokusku masa depanku, dan masa depan siapa yang tahu? Aku hanya mau belajar untuk semakin benar di dalam Tuhan, ini juga sebenarnya inti pembicaraan ku tentang saran-saran kepada klien-klienku. Aku percaya ada saatnya nanti Tuhan akan memberikan pengertian kepada logikaku untuk memahami ini. Untuk setiap tanda tanya ini.

Hei teman, bagaimana kabarmu sekarang? Senang rasanya tetap bisa melihat senyumanmu. Senang tetap bisa melihat karyamu, semoga kamu tidak melakukan masa lalumu lagi, membuyarkan masa depanku. Aku tetap temanmu, yang memaafkanmu. Teman yang dalam kata kita jarang berbicara, tapi dalam laku kita saling menyapa, atau dalam tatap kita saling berkata.

regards.

Ps: "keep your friends close and your enemy closer" Sun Tzu