Thursday, March 28, 2019

Kenyataan dalam Kesemuan

Bagaimana jika semua yang kita rasakan hanyalah semu? Menjadi abu dalam hitungan detik tersapu kenyataan dan kebenaran.

Aku berjalan pelan, menyaksikan langit yang mulai berubah kemerahan. Mendengarkan deru ombak yang kian syahdu melantun pelan. Ku bersihkan seadanya sebatang pohon yang tergeletak terasingkan dihamparan pasir yang begitu luas. Duduk diatasnya, diam melihat bintang yang samar-samar mulai bermunculan.

Terasa sangat tenang, atau mungkin lebih tepat terlihat sangat tenang, tak seperti kepala yang sedang berpacu begitu kencang. Tak sedikitpun ketenangan tadi benar-benar ada dalam kepala. Dunia yang sama tapi menjadi begitu berbeda, menjadi begitu bertolakan. Satu bicara tentang tunggu, satunya berkata, ayo cepat, berlarilah. Satu berbica tentang sudahlah, lalu satunya bersuara belum saatnya. Sayup-sayup berkata, kamu ini siapa, satu membisik, kamu itu bisa.

Aku mulai dibingungkan dengan mana yang aku rasa, atau yang aku damba. Sepertinya saat ini, lebih menguat untuk berkata, aku tak suka, dan aku perlu berani menghidupinya, sepertinya.

Seketika, sapaan 'hei, ayo pulang' membuyarkan semuanya, menghitamkan semua tadi yang masih berwarna abu. Aku perlu tahu bahwa ini semua bukan mimpi, bahwa semua yang aku alami bukan sebuah ilusi, tapi adalah hidup yang penuh dengan konsekuensi. Menjadi bervisi, atau hidup sebagai pemimpi.

Wednesday, March 6, 2019

"A Beautiful Dilemma"

Dalam setiap keseruan menjalani kehidupan, manusia selalu diperhadapkan dengan yang namanya pilihan. Hal tersebut menjadi konsekuensi logis dari kesempatan-kesempatan yang Tuhan anugerahkan. Cenderungnya atau lumrahnya, sebagai seorang manusia, pertimbangan terbesar dalam memilih pilihan adalah 'aku' yang menjadi alasan terkuat dibelakangnya.

Beberapa hari yang lalu aku membaca dua post terbaru dari salah satu artist kesukaanku, siapa lagi kalau bukan Maudy Ayunda. Ia baru saja mendapatkan kabar bahwa ia diterima di dua universitas ternama di dunia, yang bahkan mayoritas manusia membayangkan untuk berkuliah disana saja sepertinya tak mampu. Dalam kebingungan yang ia tuliskan sebagai 'a beautiful dilemma' terdapat hal-hal yang perlu kita pelajari dan mungkin pahami. Pertama adalah bahwa mimpi adalah hal yang lucu, yang perlu terus kita ingat-ingat dan mengusahakannya. Lalu kedua, mimpi itu harus besar, tapi pecah menjadi langkah-langkah kecil yang tentu akan menjadi sebuah perencanaan yang mampu untuk dicapai.

Bayangkan saja mendapatkan dua pilihan yang sangat besar dan sangat berdampak untuk kedepannya. Tentu seharusnya memang menjadi hal yang 'menyenangkan' atau 'beautiful'. Tapi tak semua pribadi sebenarnya siap dengan yang namanya pilihan. Ingat bahwa pilihan bisa ada juga karena anugerah kesempatan yang telah diberikan. Namun, jika kita boleh merenungkan lebih jauh lagi, apakah kita sudah mempersiapkan diri kita untuk membuat satu pilihan yang benar?

Pilihan selalu memiliki konsekuensi, oleh karenanya memilih yang terbaik tentu menjadi salah satu pertimbangan yang memerlukan hikmat. Untuk mendapatkan hikmat, seseorang perlu mau untuk belajar. Lalu apakah selama ini kita sudah benar-benar belajar? Atau sebenarnya selama ini kita sedang menebalkan ke'aku'an dalam pembelajaran-pembelajaran yang ada. Kembali kepada diri kita masing-masing, seberapa besar kemauan dan kemampuan untuk belajar. Untuk mampu berespon terhadap kesalahan-kesalahan, untuk mampu berespon terhadap kesempatan-kesempatan. Jadi memang salah satu hal penting dalam membuat pilihan yang tepat adalah melihat diri. Bukan sekedar membuat pertanyaan tentang bagaimana aku melakukannya, tapi coba mempertajam siapa aku dan untuk apa aku menjalani hidup kedepannya. 

Dalam merenungkan hal itu tentu kita akan menemukan bahwa salah satu anugerah yang Tuhan berikan sama kepada kita semua adalah waktu. Jadi tentu waktu adalah salah satu modal terpenting dalam membuat prioritas dalam menentukan pilihan. Bukan sekedar mempertimbangkan 'aku' yang tentu bisa saja salah, tapi juga perlu menengok, apakah itu merupakan jawaban dari sebuah pertanyaan besar dalam kehidupanku?

Lalu jika sedemikian rumit dan sulitnya dalam membuat pilihan, meskipun dalam 'a beautiful dilemma' yang sebenarnya keduanya terasa manis. Kita punya sebuah tanggung jawab untuk bertanya secara langsung kepada Pribadi yang memberikan kesempatan-kesempatan itu, sehingga kelak piliah tersebut adalah pilihan yang tepat terlebih bijak.