Friday, March 28, 2014

Kemanakah kaki ini akan melangkah?


Banyak, memang berbeda-beda, setiap tujuan dari manusia. Tapi benarkah ada dari antaranya yang tidak memikirkan kemana bendera kehidupannya akan ditancapkan di garis finish nanti? Bagi saya, hal itu terdengar mungkin. Bukan tidak beralaskan saya mengatakan demikian. Sudah hampir 22 tahun ini saya hanya menjalani kehidupan begitu-begitu saja, atau dalam istilah bekennya ngeflow aja. Selalu saja mengikuti kemana arus ini mengarahkan saya untuk melanggah. Memang untuk beberapa aspek saya mempercayai bahwa Tangan KuasaNya pasti sedang menuntun saya ke sebuah tempat yang ia inginkan. Tapi, benarkah, benarkah dalam saya menjalani kehidupan saya selama ini saya benar-benar depend on Him? Atau saya justru lebih sering mengikuti dimana hati dan emosi ini memilihnya.

Hal tersebutlah yang menjadi bahan perenungan, apa yang telah saya capai, apa yang telah saya kerjakan dalam tahun-tahun yang sudah lewat, pengalaman-pengalaman apa saja yang telah saya alami selama menjalani kehidupan tersebut, serta apa sebenarnya yang menjadi tujuan saya saat itu pada saat saya sedang menjalaninya. Intinya, saya disarankan untuk mencari apa makna dalam menjalani kehidupan saya ini.

Bukan pekerjaan yang mudah, dalam semalaman perenungan saja, saya hanya menemukan luka-luka lama yang harus saya bereskan sebelum saya dapat melangkah dengan strategi yang kedepannya harus saya susun. Tetapi sulit bukan berarti tidak mungkin, masih ada hari dimana matahari masih terbit dari ufuk timur, jangan biarkan harapan itu mati. Inilah yang membuat saya banyak berpikir belakangan ini, saya harus tahu kemana saya akan melangkahkan kaki.

Dan, kelak, ketika saya telah tiada, apa yang akan orang katakan tentang saya selama saya hidup..

Thursday, March 27, 2014

Ingin Pulang - Sheila On 7

Saat saat seperti ini
Pintu t’lah terkunci lampu t’lah mati
Kuingin pulang
Tuk segera berjumpa denganmu

Waktu waktu seperti ini
Di dalam selimut harapkan mimpi
Bayangan pulang
Tuk segera berjumpa denganmu

Kuingin kau tahu
Kubergetar merindukanmu
Hingga pagi menjelang
Aha aha……(2X)

Sesaat mata terpejam
Tirai imagi membuka
Semakin ku terlelap
S’makin jelas hangat senyuman
Tak ingin terjaga sampai aku pulang

Sesaat mata terpejam
Bintang bintang menari indah
Iringi langkahmu rangkai mimpi yang s’makin dalam
Tak ingin terjaga sampai
Aku pulang

by: Sheila On 7

Friday, March 21, 2014

Kebenaran (tanda tanya)

Yap, lagi-lagi blog menjadi pilihan buat sharing tentang apa yang didapatkan hari ini. Sedikit flashback kebelakang, tiba-tiba saya mendapatkan pesan singkat melalui bbm bahwa saya diharapkan datang ke kampus esok hari untuk menghadap sang pimpinan jurusan. Well, bukan masalah tentunya bagi saya, selain tidak ada agenda, dan memang hari ini benar-benar free, jadi tidak ada masalah jika saya meluangkan waktu saya untuk menemuinya, selain saya pikir juga pasti ada hal penting yang akan dibicarakan.

Yap, benar saya, setelah jam makan siang, saya menghadap beliau. Oke, awalnya kami membicarakan mengenai tugas yang akhir dari salah satu kelas yang sedang saya ikuti, berhubung dosen yang bersangkutan minggu ini tidak masuk. Tapi, itu bukan inti pembicaraan kami, setelah dirasa cukup membicarakan mekanisme yang akan dilakukan tentang tugas tersebut beliau pun langsung menanyakan sesuatu hal yang terjadi pada kelas minggu lalu.

Begini ceritanya, minggu lalu adalah hari dimana tugas akhir saya sebagai tanggung jawab atas perkuliahan selama empat tahun harus dikumpulkan. Dikarenakan sibuk menyelesaikan milik pribadi dan membantu teman-teman yang belum menyelesaikannya maka konsekuensi logisnya adalah saya harus mengorbankan beberapa jam tidur yang seharusnya dapat saya manfaatkan. Akibat dari tidak tidur tersebutlah yang membuat saya bangun kesiangan pada hari dimana saya seharusnya memiliki kelas pukul 9.30, tetapi saya terbangun pada pukul 10.10. Tidak dapat mengelak, terjadi pergejolakan di dalam hati, antara melanjutkan tidur, atau nekat pergi ke kelas. Berpikir-berpikir, dan akhirnya pilihan jatuh kepada pilihan kedua. Segera saya mandi dan berjalan cepat menuju ruang perkuliahan. Selayaknya orang yang memiliki kesalahan, maka rasa takut menyelimuti sebagian pikiran saya sehingga saya tidak dapat berpikir secara jernih lagi. Saya ragu untuk mengetuk pintu dan masuk ke dalam, justru saya berkomunikasi dengan beberapa teman saya yang ada di dalam dengan bahasa tubuh. Teman-teman saya menyarankan saya untuk langsung masuk saja, tetapi saya tetap masih ragu. Akhirnya salah satu teman saya, sebut saja Emon, keluar dan pergi ke toilet. Saya menunggunya, dan berharap dapat masuk ke dalam kelas bersama-sama.

Keputusan tersebut ternyata menjadi sebuah kesalahan besar bagi saya, memang saya diijinkan mengikuti perkuliahan meskipun telah terlambat cukup lama, tetapi sang dosen merasa kecewa dikarenakan saya tidak menghadapi kesalahan saya tersebut dengan jantan. Itulah yang menjadi kesalahan terbesar saya. Tetapi yang lebih sialnya, Emon yang awalnya memang tidak sengaja membubuhkan tanda tangannya dikolom nama saya (dan tentunya dia sudah menghapusnya sebelum saya berada di dalam kelas) tersebutlah yang menjadi awal kecurigaan sang dosen tentang istilah 'titip absen'. Padahal jelas-jelas saya tidak ada komunikasi dengan Emon sebelumnya, dan tanda tangan yang dibubuhkannya pada kolom saya adalah tanda tangannya (logikanya jika MEMANG dia hendak memberikan saya tanda tangan, tentunya dia akan mencoba tanda tangan semirip mungkin dengan milik saya).

Nah, kembali ke perbincangan saya dengan sang kepala jurusan. Ternyata masalah yang sudah kita coba jelaskan di kelas dengan sang dosen berujung pada penyerahan mekanisme yang berlaku pada institusi dimana saya menuntut ilmu. Well, beberapa penjelasan telah saya jelaskan kepada beliau, tetapi tetap saja beliau tidak mempercayainya. Sebenernya masalah ini sudah dianggap selesai, tetapi beliau terus menerus menyarankan saya untuk tidak mengulanginya lagi. Saya pun tidak dapat menerimanya, dimana saya benar-benar tidak tahu menahu tentang tanda tangan tersebut, saya memang mengaku salah atas keterlambatan saya. Beliau mengatakan, jika masalah ini di angkat lagi, maka saya terancam akan mendapatkan hukuman berat, yaitu bisa saja saya harus lulus tahun berikutnya.

Cukup membingungkan memang, tetapi dari kejadian tersebut, saya mengatakan kepada beliau bahwa jikalau saya harus mengalami hukuman tersebut saya akan menerimanya. Bagi saya, salah dihadapan manusia itu bukanlah masalah, yang jelas saya yakin Tuhan mengetahui apa kebenarannya. Memang akan sangat lucu bagi saya pribadi jika saya harus dijatuhi hukuman atas apa yang tidak saya tahu dan lakukan. Tetapi kebenaran adalah mutlak, lebih baik dipandang salah dimata manusia tetapi benar dimata Tuhan, daripada saya dipandang benar oleh sesama manusia tetapi ternyata salah dimata Tuhan.

Sunday, March 16, 2014

Wanita dan Penampilannya,

Bukan berarti saya seorang manusia sempurna yang berhak untuk menghakimi satu sama lain. Hal ini justru dikarenakan saya hanyalah seorang manusia yang sadar tentang arti keberdosaan pada diri saya yang pada akhirnya membuat saya untuk melakukan hal yang lebih baik lagi dalam keterbatasan. Memang sebenarnya bukan perkara yang besar, namun hal ini perlu dipertimbangkan.

Sebagai seorang pribadi, tentunya kita memiliki karakter dan sifat yang terbentuk dari bawaaan sejak lahir maupun bentukan lingkungan pertumbuhan kita. Itu yang membuat setiap pribadi unik, dan memiliki karakteristik masing-masing. Tetapi bukan dengan demikian maka kita dapat menjadikan hal tersebut sebagai alasan dalam kita berbuat semena-mena.

Simpelnya, saya akan sedikit sharingkan mengenai pandangan saya dalam memandang wanita. Wanita memang ciptaan yang feminim dan menarik. Allah telah merancangkan hal tersebut sebagai pribadi dalam rangka penolong untuk kaum Adam. Namun tentunya tidak semua wanita mengerti akan panggilannya sebagai seorang wanita. Bagi saya, penampilan itu merupakan hal yang penting, tetapi bukan hal yang utama. Maksudnya, adalah bahwa hanya demi menomor satukan penampilan maka seorang wanita dapat mengorbankan apa saja, termasuk waktu. Bagi saya hal itu tidak masuk akal, saya akan lebih menghargai wanita dalam menghargai waktu dan menepatinya. Bukan justru membiarkannya terbuang demi tertatanya penampilan yang justru sebenarnya akan jauh lebih menarik ketika wanita tampil apa adanya tanpa harus ada tempelan 'topeng' disana-sini. Sekali lagi, saya jauh lebih menghargai wanita dengan kesadaran akan pentingnya waktu, dan penampilan yang apa adanya.

Sekali lagi, ini hanya opini saya. Jika memang ternyata hal ini salah, silahkan anda memberikan komentar untuk menjadi perbaikan dalam hidup saya. Terimakasih, Tuhan Memberkati.

salam,
the sleeper