Monday, September 17, 2012

if, the sleeper become the quieter

Rel kereta membentang panjang dari ujung daerah hingga ujung satunya. Tidak ada halangan tidak ada tikungan, serasa lurus dan tidak peduli. Hanya orang yang teliti dan menyadari bahwa semua terdiri dari ribuan kerikil yang menyusun dan menguatkan rangkaian panjang besi pembawa ular transportasi itu.

September jadi bulan sunyi, deru laju kereta enggan berbunyi, semua seolah tertelan oleh sepi bulan ini. The sleeper, seorang yang sering mengeluarkan pendapatnya, idenya, humor ringannya, tapi kini memilih menjadi serang quieter. Kerikil penyusun jalan panjang itu sendiri yang membuatnya memilih jalan itu. Tidak ada lagi kata yang akan terbuang sia-sia, semua seolah ingin ditelan oleh batin dalam dirinya, biar tak satupun tahu akan apa yang terjadi.

Keramaian deru kereta meredup ketika semua telah enggan untuk menatap jalan panjang itu. Biarlah sesama kerikil saling menajamkan satu sama lain. Hanya yang kuat akan bertahan, dan yang lemah akan hancur. Sebuah ironi kehidupan tanpa toleransi. Mencari hembusan angin lembut tanpa mau menghembuskannya kembali untuk yang lain. Semua itu biarlah, ya, biarlah terjadi.

Kerikil terbentuk dari pecahan batu besar, tak ada lagi kesempurnaan, tak ada lagi keindahan, hanya sesama kerikil yang mengetahui dan memahami hal itu. Tetapi biarlah kenyataan berkata berlawanan, kerikil satu tidak mau tahu tentang kerikil lain. Biarlah impian tentang kenyamanan perjalanan panjang terbuang. Biarlah kerikil itu saling menghancurkan dan menajamkan, membuat perbedaan, membuat kemenangan, kemenangan semu yang akhirnya juga akan hancur tak bersisa dilindas kereta tanpa kerikil lain yang akan menguatkannya.

Biarlah seorang quieter memilih jalannya, menepi, dan membiarkan semuanya terjadi. Jalan ini tidak ada lagi angin, angin sejuk yang semu, hanya ada di awal perjalanan itu.

No comments:

Post a Comment