Tuesday, November 1, 2016

Surat Untuk Seorang Teman

Dear my friend,
Seseorang yang aku panggil sebagai sahabat, seseorang yang dalam kata kita jarang berbicara, tapi dalam laku kita saling menyapa, atau dalam tatap kita saling berkata.

Tahukah kamu, belakangan ini banyak sekali hal-hal yang boleh terjadi dalam hidupku ini, baik itu adalah hal yang menyenangkan, maupun sebaliknya. Tapi tentunya aku yakin kamu akan setia menanti, membaca setiap kata yang mungkin saja ada distorsi dari apa yang ada di dalam hati, tapi semoga mampu mewakili. Singkatnya saja, siapa yang menyangka, dalam setiap pergumulan panjangnya, aku boleh mendapatkan yang aku baca sebagai sebuah jawaban doa. Akupun yakin jika hal ini terjadi dalam hidupmu, kau akan kalap, atau tak jernih mencernanya. Semuanya seolah menjadi cokelat yang begitu terlihat manis mengenakkan, padahal kita belum tau bentuk dan bahan aslinya, apakah benar itu cokelat, atau daging, atau bisa saja kotoran kucing? ya siapa yang tahu, tapi bukan hati manusia namanya jika tidak menerimanya lalu merayakannya, akupun iya, bahagia.

Tak berselang lama kawan, namamu terlintas bagai petir menyambar di telinga dan depan mukaku. Kamu yang memang terlihat begitu baik dan begitu sempurna, kenapa bisa melakukan itu kepadaku? Kenapa kamu mampu? Aku terlalu pede mungkin, padahal bisa jadi tak ada aku sama sekali terlintas di pikiranmu, hanya duniawimu yang menyelimuti hati dan pikiranmu, bahkan perbuatan kejimu. Tapi teman, adakah kamu tahu kenapa itu harus terjadi padamu? Apakah kamu memikirkan itu saat ini? Kembali lagi, itu bukan hak ku untuk mencampuri ranahmu, tapi pesanku, kamu berhasil, mendegradasi sebuah masa depan, bahkan masa depanku sekalipun.

Lalu bahagiaku menyelimuti, datang khilaf dengan hiruk pikuk dan indah dunia, akupun dibuat terbuai dengan kata-kataku. Menelan ludahku, lalu merasakannya. Disini aku bodoh teman, aku tak mampu menghindari pesanku sendiri terhadapmu. Dunia ini begitu berputar cepat hingga aku tak sempat berfikir untuk memutuskan harus bagaimana, dan tibalah, pada saatnya penghakiman, yang akupun tak mampu mengelak, akupun salah. Meski dosaku masih saja berkata, masih beruntung kamu teman, sembari aku menelan ludahku sendiri.

Kini aku tak punya pilihan, aku ingin berkata dalam tatapmu lagi, bahwa akupun tahu, baik putihnya, maupun hitamnya. Tapi itu bukan fokusku. Aku ingin menceritakan tindakanku kali ini teman. Aku beroleh banyak pencerahan dan kelegaan. Aku hanya seorang pengusaha muda yang masih jarang berkreasi, tapi apakah kau tahu teman, bahwa banyak klienku yang datang kepadaku, lalu meminta beberapa tuntunanku untuk pengembangan usahanya juga. Jujur, aku tidak bisa menolak ini sebagai sebuah kebahagiaan. Jujur aku memang tak dibayar rupiah olehnya, tapi aku tau, sebagai seorang pengusaha, klien adalah raja. Jadi melalui beberapa diskusi dengan rekan sekerjaku, atau klien-klienku, aku mampu melihat bahwa jalan yang harus aku tempuh adalah komitmenku di dalam Tuhan. Inilah yang aku coba jalani sekarang, belajar bagaimana dapat melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang Benar. Kau boleh saja juga terlibat sebagai temanku yang antagonis, yang menyalahkan keputusan masa laluku, tapi apalah dayaku, itu tak mampu aku ubah, meski hanya sekedar memori belaka. Fokusku masa depanku, dan masa depan siapa yang tahu? Aku hanya mau belajar untuk semakin benar di dalam Tuhan, ini juga sebenarnya inti pembicaraan ku tentang saran-saran kepada klien-klienku. Aku percaya ada saatnya nanti Tuhan akan memberikan pengertian kepada logikaku untuk memahami ini. Untuk setiap tanda tanya ini.

Hei teman, bagaimana kabarmu sekarang? Senang rasanya tetap bisa melihat senyumanmu. Senang tetap bisa melihat karyamu, semoga kamu tidak melakukan masa lalumu lagi, membuyarkan masa depanku. Aku tetap temanmu, yang memaafkanmu. Teman yang dalam kata kita jarang berbicara, tapi dalam laku kita saling menyapa, atau dalam tatap kita saling berkata.

regards.

Ps: "keep your friends close and your enemy closer" Sun Tzu

3 comments:

  1. "Teman yang dalam kata kita jarang berbicara, tapi dalam laku kita saling menyapa, atau dalam tatap kita saling berkata" <== quoteable kaka

    ReplyDelete