Wednesday, July 20, 2016

2958 part 3

Puncak, sepertinya nama tempat tersebut sudah tidak asing lagi bagi masyarakat yang tinggal di ibu kota. Dingin suhunya, macet jalannya, sejuk hawanya, indah panoramanya, enak makanannya, dan lekat kenangannya. Akh, nostalgia mengingat tempat satu ini. Dulu saat masih duduk di bangku sma, sering mendengar dan memimpikan, akhirnya Tuhan ijinkan merasakannya saat-saat ini. Tapi bukan sekedar Puncak yang akan aku bahas kali ini. Penghujung liburan ini aku diberikan kesempatan untuk dapat pengalaman menatap Puncak dari ketinggian. Sebenarnya ini kali ketiga bagiku menapaki perjalanan ini, perjalanan pertama sudah aku sharingkan sebelumnya sekitar 3 tahun yang lalu, kemudian yang kedua akan ku simpan, ini milik pribadi, banyak kejadian dan cukup ada di hati. Lalu ini yang ketiga, cerita perjalanan, menatap bumi dari julangan tanah yang seolah membentuk tebing-tebing tinggi darinya, ya puncak Gede (2958 mdpl) adalah tujuanku.

Perjalanan kali ini aku akan menjadi peserta rombongan yang diketuai oleh pembimbing rohani dari FF. Rencana awal perjalan ini akan diikuti oleh 14 pendaki, terdiri tim UPH 9 dan ITI 5. Namun karena beberapa faktor yang tidak dapat dijabarkan akhirnya menjadi UPH 4 dan ITI 6. Salah satu dari kami adalah anak dari pembimbing rohani kami, panggil saja dia Navy, ya usianya mungkin belum genap 13 tahun, tapi ini adalah salah satu pendakian yang memang dirancang sebagai salah satu kado atas kelulusan dari Sekolah Dasar.

Segala persiapan pra-pendakian telah diatur sedemikian rupa oleh sang ketua, pak JH. Aku sebagai peserta disini bisa menikmati liburan lebaran tanpa membingungkan persiapannya. Hanya beberapa logistik dan perihal administrasi yang harus aku siapkan.


Kamis, 14 Juli 2016. Aku telah sepakat dengan pak JH untuk menuju puncak tepatnya Cibodas pada pukul 12.00 untuk mengejar tutup kantor berkaitan dengan penukaran SIMAKSI. Motor telah aku parkir, lalu aku berjalan menuju meeting point dan bertemu dengan pak JH. Di dalam mobil ada Navy serta ada Lidia, sebagai salah satu peserta dari UPH. Ngobrol-ngobrol ringan, akhirnya tak terasa waktu sudah pukul 15.00 saat kami telah berjarak 10 m dari exit toll Puncak. Malang, kala itu kami berada sekitar 4 mobil dari antrian terdepan karena sistem buka tutup jalur ke puncak. Kontak dengan pihak Balai Besar juga tidak memberikan jaminan. Akhirnya pak JH memutuskan untuk exit Ciawi, agar dapat melalui jalur alternatif.

Pukul 15.45 kami berhasil masuk ke jalur utama, dan memang arus sedang didorong naik, dengan mobil polisi pendorong berada sekitar 100m dibelakang laju mobil kami. Karena surat kesehatan yang merupakan salah satu syarat utama SIMAKSI belum saya copy, akhirnya kami menepi sebentar untuk fotocopy yang tidak memakan waktu lebih dari 1 menit. Tapi naas, begitu kami melanjutkan perjalanan kami harus terhenti, karena mobil penyapu telah berada di depan kami. Akh, rasanya campur aduk saat itu, rencana datang awal untuk menukar SIMAKSI harus kami urungkan, mau tidak mau kami harus menunggu besok yang kantor baru akan buka pukul 09.00 pagi.

Begitu kami telah sampai di Cibodas, kami mencari shelter, akhirnya pilihan jatuh pada shelter Edelweiss. Pukul 22.00 mataku sudah tak kuasa menahan kantuk, lalu terlelap dan tak sadar telah pukul 06.00 ketika mata mulai terbuka. Saat itu memang kondisi fisikku sedang tidak begitu fit, kurangnya istirahat serta radang tenggorokan yang mulai menyerang akhirnya menyita waktu tidurku yang lumayan signifikan. Disana sudah ada beberapa sosok yang belum aku kenal terlelap disekitarku. Lalu singkat cerita aku mulai mengenalnya, mereka adalah tim dari ITI yang terdiri dari Victor, Alex, Adi, Indra, Lois, dan Elza.

Begitu form pendaftaran berhasil kami tukarkan dengan SIMAKSI, kami menuju jalur Putri menggunakan angkot dengan tarif 150k. Pukul 11.00 kami telah tiba di post gn Putri. Sedikit perbincangan dengan pihak yang bertanggung jawab, serta pengecekan dokumen telah diselesaikan, kami berdoa bersama untuk pendakian ini. Tujuan kami jelas, menggapai puncak pada sabtu pagi esok dan istirahat di alun-alun Surya Kencana. Lalu secara alamiah kami membagi tugas kami masing-masing, Victor berada di depan untuk menjadi pembuka jalan, dan aku berada di belakang sebagai Sweeper. Rencana sebelumnya yaitu kita dapat menikmati Surya Kencana saat sore hari sepertinya harus diurungkan, karena kita baru saja memulai pendakian pukul 11.00. Estimasi, kami dapat mencapainya sekitaran pukul 17.00 - 18.00 jika semua berjalan sesuai rencana.

Pos demi pos kami lewati, terasa berbeda memang aku kali ini, rasanya carrier yang aku bawa lebih enteng, mungkin efek hanya berisi 2 botol air, perlengkapan masak, logistik, pakaian, dan tenda MM Fire Bird yang bobotnya tidak melebihi 2kg. Nafas masih ada cadangan, tenggorokan saja yang sepertinya memang sedikit kurang bersahabat hingga efeknya sedikit pusing. Hal itu aku antisipasi dengan konsumsi USee rasa favorite. Pukul 15.00 kami telah melangkah cukup jauh, hingga sebentar lagi akan mencapai pos terakhir sebelum memasuki pintu gerbang alun-alun timur. Jalan mengawal dibelakang, tiba-tiba satu hentakan pak JH menabrak akar pohon, yang akhirnya membuat beliau mengalami kram kaki. Akhirnya kususul Navy yang berjarak beberapa meter di depan untuk mengambil obat kram. Akhirnya beliau tetap melanjutkan perjalanan, meski disertai kejang otot saat itu. Melihat pengalaman yang ia punya tentunya kegiatan alam seperti ini sudah tidak diragukan lagi, mungkin ini karena ia telah berpuasa mendaki hampir 9 tahun.

Untuk mengamankan kondisi, akhirnya kami memutuskan untuk pembawa tenda melakukan overlapping terlebih dahulu, guna dapat menyiapkan shelter serta menyiapkan alat-alat masak, jadi nanti ketika tim datang hari sudah gelap tidak akan terlalu bermasalah. Yap tenda ada 4, Victor, Alex, pak JH, dan aku. Tentu Pak JH tidak, dengan kejang otot yang dialami, kami bertigalah yang akhirya memutuskan untuk melangkah lebih dulu. Saat itulah aku baru merasakan, nimatnya mendaki gunung berlahan dan menikmati, saat aku cukup tergesa, langkahku, nafasku, rasanya mau putus semua. Tapi bersyukurnya aku dapat memasuki alun-alun barat sekitar pukul 16.30. alat dan tenda sudah aku siapkan, lalu aku kembali ke jalur pendakian untuk membantu pak JH, minimal menemaninya, hanya senter, peluit dan pisau kecil yang aku bawa saat itu. Akhirnya tenda telah ready ketika aku dan pak JH tiba sekitar pukul 18,30, tentunya belum dengan tenda yang ada di carrier pak JH. Navy pun akhirnya membantu pak JH untuk mendirikan tendanya, dan setelah itu kami menyantap hidangan malam kami sambil berbincang menikmati dinginnya angin Surya Kencana malam itu. Kami cukup diberkati dengan tidak turunnya hujan hingga kami dapat melihat hamparan bintang di angkasa. Berhubung aku telah lelah, aku memutuskan untuk istarahat di tenda, ada Indra juga bergabung.

Pukul 03.00 aku dibangunkan oleh obrolan pak JH dan Victor. Lalu memang sudah saatnya kami juga untuk bangun, packing ulang dan summit attack yang kami jadwalkan pukul 05.00 nanti. Saat itu aku masak untuk menganjal perut pagi itu, dan menyiapkan masakan untuk makan pagi nanti dan mulai bergegas packing barang-barang. Akhirnya pukul 04.45 kami telah ready untuk melakukan summit attack. Setelah melakukan pengecekan terakhir (takut ada yang tertinggal) kami mulai berjalan.

Saat itu aku berjalan di depan, dan Victor yang menjadi sweeper di belakang, tak-tak-tak, tak terasa langit timur sudah mulai kebiruan dan bergaris jingga. Sedikit memotivasi kami disaat beberapa dari kami tentunya mengalami kaget fisik karena baru saja bangun dari tidur. Tapi karena sambil bergurau dan sambil mengingat tujuan awal kami adalah sunrise di puncak, langkah kami tak terhenti. dan sekitar pukul 06.00 kami sudah berada beberapa langkah lagi dari puncak. Saat itu aku minta Navy untuk memimpin tim menuju puncak sebagai sebuah penghargaan atas keberhasilannya melangkah sejauh ini di usianya. Aku pribadi tak mampu berucap kata selain syukur ketika mendapatkan panorama yang begitu indah pagi itu. Ini adalah sunrise pertamaku di puncak Gede, dua pendakian sebelumnya aku menikmati dari Surya Kencana. Sungguh pengalaman yang membuatku terpesona saat itu, iya, benar-benar mempesona. Sesi foto tentunya tak dapat kami hindarkan, 'Ïni untuk kenang-kenangan, ada seseorang yang menginginkannya', batinku pelan.

Merasa cukup kamipun melanjutkan perjalanan turun, dan tak terasa sekitar pukul 16,00 kami telah berhasil sampai di shelter awal kami, parkiran Cibodas. Cuci-cuci, bersih-bersih, makan, dan kamipun memutuskan untuk kembali pulang.

Tak terasa, ini adalah sebuah momen penghujung liburku, dan momen nostalgiaku. Bangga aku pada Navy, tekatnya mengalahkan tantangan yang ada, dan tim ini, aku bangga pernah mendaki bersama.


No comments:

Post a Comment