Wednesday, May 10, 2017

Fleksibilitas dalam Penundukan Diri

Prolog
Begitu mendengar kata Mission Trip, tentu banyak hal2 yang secara cepat pop up dalam pikiran saya kala itu. Cerita berawal ketika saya dipercayakan dengan beberapa guru lain untuk mendampingi beberapa anak2 menuju ke beberapa tempat yang sudah di tentukan. Sambil masih cukup excited menunggu kemana saya akan mendampingi, karena jujur saya sangat ingin ke pulau Sulawesi dari dulu dan tentunya sangat berharap mendampingi ke daerah sana, tapi seketika kata Kupang mengagetkan hayalanku tadi. Kupang, ya Kupang kota yang kata orang panas, kota yang kata orang penuh dengan orang2 yang seram, tapi syukurlah, saya kesana dengan rekan yang memang asli orang sana.

Singkat cerita pendaftaran mulai di buka dan anak2 mulai berantusias mendaftar. Tujuan pribadi mereka juga beragam, ada yang ingin mendapatkan pengalaman, ingin berbagi, hanya ingin jalan2 atau yang hanya karena tuntutan kewajiban saja, tapi itu awal, semoga prosesnya tidak demikian :D.

Lalu karena ada dua grup menuju Kupang akhirnya saya di percayakan mendampingi grup kedua, alias Kupang2. Sedangkan rekan saya tadi mendampingi Kupang1. Proses persiapanpun dimulai, dari penentuan tujuan lokasi, kegiatan, goal utama, dan hal2 pretilan lainnya. Hal itupun harus di lalui bersamaan dengan panitia UPHC Fest, koreksi tugas dan lainnya, namun itulah tantangannya.

Sebelumnya tim terbentuk, terdiri dari 32 orang, sayang sekali 1 orang tidak bisa bersama2 dengan kami lagi karena mengundurkan diri dari sekolah di awal semester genap ini. Anggota Kupang2 pun tersisa 31 orang dengan komposisi 29 kelas 10 dan 2 kelas 11. Dari awal saya dan rekan mencoba mengusulkan untuk melakukan mix anggota dengan Kupang1, namun melihat beberapa pertimbangan akhirnya rencana itu urung dilakukan. 

Waktu semakin menyempit, dan tak terasa tanggal keberangkatan tinggal beberapa hari lagi. Setiap detil persiapan mulai dilakukan, dari briefing tujuan, rundown, dan hal-hal lainnya mulai dilakukan. Sangat disayangkan, saya mendapat kabar bahwa 2 anak kelas 11 tidak jadi berangkat bersama dengan beberapa alasan yang melatarbelakanginya. Yap, tim menjadi 30 orang sudah termasuk saya.

Tugas sudah mulai dibagi, persiapan mendetil sudah sedikit demi sedikit dilakukan. Pihak-pihak yang perlu saya hubungi juga telah saya hubungi. Bahkan saya melibatkan beberapa orang diluar organisasi yang hanya bermodal kenalan pribadi untuk melancarkan beberapa kegiatan di Kupang nantinya. Satu hal yang disyukuri adalah melihat anak-anak yang begitu mandiri dan luar biasa dalam mempersiapkan hal demi hal yang ada.

Day1
Sejujurnya belum bisa dikatan sebagai hari pertama, karena persiapan dimulai dari hari Jumat, 28 April 2017 yang mana itu masih H-1. Hari yang kurang bersahabat, dimana beberapa hal perlu dipersiapkan, jadwal mengajar tidak bisa dikompromi, tidak ada satupun slot kosong. -.- Tapi sambil curi waktu sedikit-sedikit untuk mempersiapkan hal-hal detil, agar jangan sampai ada yang terlewat. Begitu kelas terakhir telah usai, langsung proses packing dimulai. Sambil memilah-milah barang-barang dengan hati-hati, tidak terasa waktu sudah pukul 17.00. Pintu kelas pun kala itu diketuk cukup keras oleh seseorang, begitu pintu saya buka, terlihat wajah seseorang dengan ekspresi yang begitu dalam, yang kala itu saya translate sebagai ekspresi bingung, bercampur lelah. Kata yang terucap cukup singkat, tapi sangat mudah dimengerti "ikut gue ke TL dulu yuk". Dalam hati sudah cukup menyimpulkan bahwa ada hal yang tidak berjalan sesuai rencana. Yap, benar, bahwa karena kesalahan entah dari Garuda atau dari pihak travel, 6 anak dari Kupang 2 dan 1 anak dari Kupang 1 mendapatkan masalah dengan tiket mereka. Satu-satunya solusi terbaik kala itu adalah memberikan mereka tiket lain, dan pilihan yang ada hanya ada Batik Air yang akan berangkat 2 jam sebelumnya dari jadwal semula, tentu ini banyak memberikan perubahan, dari packing yang belum selesai, jadwal keberangkatan dan memberikan informasi ke anak-anak yang bersangkutan.

List-list nama anak-anak sudah didapatkan, serta demi alasan keamanan, saya bertugas mendampingi ke-7 anak tersebut. Proses menginformasikan hal ini kepada orang tua dimulai, dan bersyukurnya semuanya berjalan lancar. (ada yang sempet kesita hpnya, nah itu aja yang perlu waktu :D). Btw, kami harus sudah ada di bandara pukul 01 WIB, dan saat itu sudah pukul 19 sedangkan barang belum ke packing seluruhnya, dan saya juga belum ganti apalagi siap2 -.-

Bergerak cepat kala itu, dibantu dengan salah satu anak yang tinggal di dorm. Lalu pukul 21.00 pulang untuk mandi, dan kembali ke sekolah pukul 22 untuk menyelesaikan packing. Pukul 23 pun saya dibantu oleh Bryan, Gilbert, dan Davy untuk menyelesaikan segala hal-hal yang masih belum selesai. Akhirnya pukul 12 barang dengan total 5 kardus telah selesai terpacking diluar barang pribadi. Segera melakukan pemesanan taksi online ke bandara, dan ada saja, taksi yang saya tumpangi sepertinya salah jalan dan harus mengambil jalan memutar -.-

Setibanya di bandara dan bertemu dengan orang tua yang mengantar, mengobrol sebentar lalu berpamitan, saya dan 6 anak dari Kupang2 pun masuk untuk melakukan check in. Yap sambil menunggu 1 anak dari Kupang1, saya mendapatkan kabar dari pak Budi bahwa beliau juga ternyata menggunakan penerbangan yang sama dengan kami. Tapi disitulah sebenarnya ada masalah yang selama ini anak-anak tidak ketahui, Pak Budi menangkap bahwa rombongan MT Kupang2 baru akan tiba di Kupang pada hari Minggu, tapi ternyata di hari Sabtu, sehingga membuat beliau harus mempersiapkan Hotel cepat-cepat. "Saya mohon maaf sekali lagi pak Budi atas ketidak jelasan informasi kala itu". Jujur saya sangat bersyukur begitu pak Budi memberikan respons yang begitu hangat. (kesalahan terletak karena saya berpikir bahwa April memiliki 31 hari jadi di jadwal hari Sabtu saya tulisnya tanggal 30,ngga bisa dibayangkan saja seandainya itu berujung fatal (:)

Begitu tim advance sudah tiba di Kupang, kami langsung diantarkan bersama dengan pak Budi ke lokasi penginapan kami yang memang di kelola oleh orang-orang dari panti. Dijamu oleh makan pagi dan cerita singkat tentang kehidupan Roslin. Setelah itu saya dan beberapa anak menjemput rombongan Kupang2 yang terbang bersama dengan Kupang1 dan Labuan Bajo.

Setelah berberes, kamipun pergi ke panti yang berjarak sekitar 1 km dari penginapan kami. Inilah awal perjalan kami, awal kisah yang jujur bingung bagaimana saya harus membahasakannya. Ketika mata ini pertama kali melihat mereka dengan rapi sedang makan siang bersama, ketika kaki dan hati kami masih ragu untuk melangkah dan menyapa. 

Namun tak butuh waktu lama untuk melihat anak-anak membaur dengan keluarga di Roslin. :) Ketika kala itu kata yang keluar dari mulut saya hanya, "yuk ngeblend, yuk gabung," Seketika pecah juga suasana, ketika anak-anak Roslin, mulai bermain dengan kakak-kakak mereka dari UPHC. Tak terasa sudah ada sekitar 2-3 jam kami habiskan bermain bersama, dan agenda kami selanjutnya adalah menuju ke kota Kupang untuk belanja beberapa perlengkapan stationary, yaitu toko Kharisma. (sebenarnya agenda kala itu ada mampir ke museum, tapi karena itu hari sabtu dan tutup, kami tidak kesana)

Seusai melengkapi perlengkapan dan beberapa barang yang kami butuhkan baik di Roslin maupun di Nulle nanti, kamipun bergegas kembali ke pantai Lasiana, dan tidak sempat mampir ke kantor Gubernur mengingat waktu yang sudah mulai sore kala itu. Setibanya di Lasiana Beach, kami disuguhkan dengan pemandangan petang yang sungguh menakjubkan, laut dengan ombak yang tenang, pasir yang lembut, penduduk lokal yang sedang menikmati sore dengan bermain bola pantai, angin yang berhembus pelan, dan tentunya langit yang begitu lembut menyampaikan ucapan selamat tinggal sementaranya. Tanpa menunggu komando, kami mulai menikmati suasana tersebut dengan cara kami masing-masing. Ada yang duduk dan diam menikmatinya, ada yang explore hingga ke dermaga, ada yang mengabadikan momen tersebut, dan saya kala itu lebih disibukkan dengan mata yang terus memandang luas, agar 29 anak-anak saya tidak lepas dari pengawasan saya, sambil terus menikmati pemandangan yang Tuhan ijinkan mata kecil ini menikmatinya. Malampun tiba dan kami bergegas kembali ke penginapan diantarkan dua driver handal kami, yaitu Inyo dan Omri. (bagaimana tidak handal, klo mau masuk pagar klo bagian terdepan mobil belum berjarak 1cm dengan pagar tidak akan ada rem dari mereka :D)

Yap setelah makan malam yang disiapkan oleh Ma Mars, kami kembali ke kamar kami masing-masing untuk melakukan briefing sebelum kami istirahat. Sembari itu ada saja ulah anak-anak yang teriak karena kecoa, belalang, jangkrik, atau serangga-serangga lainnya, yang memang cukup banyak, mengingat lokasi yang masih dekat dengan padang rumput. Tapi briefing malam itu berjalan lancar, kami mengevaluasi hari pertama, dan rencana kami di hari kedua.

Menyimpulkan hari pertama, saya sungguh bersyukur, bisa melaluinya dengan baik-baik saja, mengingat jika saja kami memilih berespon yang sebaliknya tentu itu akan berbeda cerita, dari soal tiket pesawat, penginapan, atau makanan, tapi syukurlah anak-anak sangat supportif dan benar-benar mau belajar untuk memiliki hati untuk melayani. Terlebih ketika melihat anak-anak mau turun tangan membantu membersihkan piring dan meja makan, dimana jika itu penginapan tentunya itu bukan tugas dari mereka, tapi mereka mau untuk melakukan itu sebagai bentuk pelayanan mereka kepada pengelola yang tidak lain adalah anak-anak panti sendiri. Hari pertamapun kami tutup.

Day2
Pagi pukul 6.30 kami sudah mulai berbenah, mengingat gereja akan dimulai pukul 8. Setelah selesai dengan sarapan kami, Inyo dan Omri pun bergegas mengantarkan kami ke gereja. Disana belum ada anak-anak Roslin, tapi daripada menjadi pusat perhatian, kamipun segera masuk kedalam gereja dan duduk secara terpisah mengisi kursi-kursi yang masih kosong. Sesaat gereja akan mulai, Voni terlihat bersama-sama dengan anak-anak yang lainnya masuk ke gereja. Dia menanyakan apakah nanti kami jadi untuk memberikan persembahan pujian, dan anggukan kepala kala itu sudah menjawabnya. Gereja dimulai dan kamipun beribadah, sesaat setelah khotbah selesai disampaikan, rombongan dari UPH College dipanggil maju kedepan untuk memberikan persembahan pujian. Kala itu kami menyanyikan lagu Jangan Menyerah, yang dipimpin oleh Gilbert dan Karen.

Gerejapun selesai dan kami berpamitan serta bersalaman dengan beberapa jemaat, kemudian kembali ke panti untuk sekolah minggu bersama dengan anak-anak di panti.

Anak-anak sudah menunggu dengan siap, di bantu oleh kak Ance, kamipun masuk ke aula kecil yang ada di panti. Saat itu kami memulai dengan bermain bersama, bernyanyi bersama, kemudian sama-sama belajar dari kisah tentang Nabi Nuh. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang, kami pun kembali ke penginapan untuk makan siang, lalu bergegas ke rumah panti di atas karena pak Budi mengundang kami untuk melihat kebun di atas. Kamipun membantu proses pembuatan tanah untuk pertanian Roslin, membantu menyiram segala jenis sayuran, juga mengolah tanah agar siap tanam. Keringat demi keringatpun sudah bercucuran di seluruh tubuh kami, dimana kala itu matahari juga bersinar cukup terik. Sekitar pukul 15.30 kamipun berpamitan, karena kami memiliki agenda untuk belajar bersama-sama dengan anak-anak panti di bawah. Bayangkan saja, kami baru bermandikan keringat dan matahari, tapi saya tidak menemukan keluhan ketika mereka tidak memiliki waktu untuk mandi atau ganti baju terlebih dahulu. Justru semangat yang saya temukan ada di mereka kala itu. Sambil matahari petang melewati celah-celah pepohonan yang ada di panti, kami mulai belajar bersama-sama, ada yang belajar fotografi, ada yang belajar origami dan papercraft, ada juga yang belajar menulis indah. Begitu melihat kemandirian dan keaktifan dari mereka, saya berani memutuskan untuk pergi bersama dengan Omri untuk ke kota membeli beberapa perlengkapan seperti cat dan aquascape untuk kegiatan esok harinya.

Petang sekitar pukul 19.00 saya baru kembali dan melihat pemandangan yang sungguh menyentuh hati kala itu, ketika melihat mereka dan anak-anak membentuk lingkaran besar, lalu bermain bersama-sama tanpa kenal lelah. Terlihat bagaimana untuk bahagia itu sangat sederhana, kita hanya perlu bersyukur dengan apa yang kita miliki saat itu.

Mengingat sudah cukup petang juga, kamipun kembali ke penginapan. Ada yang memilih untuk tidak mandi terlebih dahulu, mengingat akan ada kegiatan yang masih perlu mereka ikuti. Namun ada juga yang memilih untuk mandi terlebih dahulu. Yap, jam setengah 9 kami makan malam. Seusai makan malam bersama, pak Budi telah mempersiapkan presentasinya (oia, kebetulan kala itu ada tamu pak Budi yaitu ibu Yanti dan saudaranya dari Belanda dan Bogor). Pak Budi memulai presentasinya, sejarah mengapa beliau memilih untuk meninggalan dan melepaskan apa yang beliau miliki kala itu lalu memilih untuk mendedikasikan hidupnya untuk pelayanan. Banyak sekali poin-poin penting beliau sampaikan, seperti contohnya modal kehidupan semua orang itu sama, yaitu waktu, juga banyak yang lainnya yang beliau sampaikan sampai tak terasa sudah pukul 1 pagi kala itu.

Bisa dibayangkan bagaimana ekspresi kami seharusnya kan? Tapi saya tidak menemukan itu di wajah dan bahasa tubuh mereka. Dengan kondisi yang sangat lelah setelah beraktivitas seharian, anak-anak tetap dengan sangat sopan menyimak poin demi poin yang disampaikan. Bahkan hal tersebut sangat di apresiasi oleh dua rekan pak Budi, yang mengira anak-anak adalah mahasiswa dan sangat terkejut ketika menyadari mereka masih kelas 10. Karena anak-anak sangat baik dan sopan dalam mengikuti presentasi yang disampaikan. Setelah ditutup oleh pak Budi dan membantu berbenah lokasi, kamipun tidak ada briefing malam, hanya satu info yang saya sampaikan yaitu besok kita akan mundur 1 setengah jam dari jadwal, untuk memberikan anak-anak waktu istirahat lebih.

Meyimpulkan hari kedua, saya mendapatkan pelajaran bahwa mempersiapkan segala hal memang sangat penting dan perlu, namun kemampuan untuk menyesuaikan dengan keadaan-keadaan yang terjadi dilapangan juga sangat penting. Saya juga belajar kesabaran dari anak-anak, dimana mereka dengan penuh kasih mau berbagi waktu dengan anak-anak di panti, serta dengan sabar mau menjadi pendengar yang baik. Kerjasama yang mereka tunjukkan di hari kedua juga sangat baik, dimana kegiatan demi kegiatan yang ada terlaksana dengan sebagaimana semestinya. Saya percaya ini hanya karena campur tangan Tuhan.

Day3
Tak terasa sudah hari ketiga saja kami ada di Kupang, dan inilah hari yang mungkin terakhir kami dapat habiskan waktu bersama-sama dengan anak-anak Roslin. Kami memulai hari dengan sarapan sekitar pukul 8 pagi, lalu bergegas menuju ke panti untuk melaksanakan kegiatan yang sudah dijadwalkan. Namun yang semula kami memiliki jadwal ke kebun kami ganti dengan pembelajaran, karena kemarin kami sudah berkebun. Sesampainya di panti, seperti biasa, kami disambut dengan sangat hangat oleh anak-anak. Baru ketemu dua hari saja, saya melihat banyak dari mereka sudah sangat dekat dan akrab. Kegiatan utama yang akan kami lakukan adalah mural dan pembuatan alat peraga aquascape. Para PiC telah siap, dan sambil menunggu tembok mana yang akan kami mural (bayangkan bahkan hari-H kami belum tahu bentuk dan luas tembok yang akan dimural, tapi bersyukur anak-anak berespon dengan sangat positif), kami memulai kegiatan kami dengan pembuatan aquascape, sembari proses pembuatan dan penjelasan dilakukan, akhirnya kami mendapatkan konfirmasi bahwa tembok yang akan kami mural adalah tembok yang berada di sekolah Roslin, berada di sebelah panti persis. Sambil proses cat dilakukan, terjadi beberapa ketegangan diantara anak-anak, hal ini karena beberapa anak bingung dengan peran yang dilakukan serta suasana yang cukup panas, dan makan siang yang belum juga siap (yang akhirnya kami memilih untuk membawa makanan ke sekolah saja, untuk dapat makan bersama-sama). Namun bersyukurlah proses mural usai juga dengan segala jerih payah anak-anak pada pukul 8 malam. Selain itu proses pembuatan aquascape juga usai di siang hari sebelum makan siang. Anak-anak juga sempat melakukan pertandingan kebersamaan dengan anak-anak panti pada sore harinya, selain itu beberapa yang lain juga bisa menghabiskan waktu bermain bersama-sama dengan anak di panti.

Sebenarnya tanpa anak-anak sadari, saya sempat duduk sekedar menikmati sore kala itu, tersenyum, melihat begitu indahnya karya Tuhan melalui hal-hal yang boleh terjadi disekitar saya saat itu, melihat anak-anak dengan sisa-sisa tenaga masih terus bersemangat untuk melakukan bagiannya masing-masing. Serta beberapa hal yang diluar rencana sehingga membuat mereka harus membagi tugas di lapangan saat itu juga, tapi syukurlah semuanya berjalan baik-baik saja. Tim mural terus menyelesaikanya, dan ada juga tim yang kembali ke penginapan untuk mengambil bingkisan serta handuk yang akan kami bagikan kepada anak-anak di malam kebersamaan terakhir. (saat itu juga ada anak bernama Yuni berlari menghampiri sembari memberikan sepucuk surat tertulis, "untuk kak Hizkia, baca nanti di atas pesawat ya", this is the saddest moment for me)

Tim yang berada untuk menyelesaikan muralpun tidak berkesempatan untuk penginapan dulu, mengingat waktu yang sudah malam, dan acara kebersamaan sudah segera dimulai. Ketika ke panti, kembali saya dikagetkan dengan suasana yang sangat tenang, dalam, dan menyentuh hati. Anak-anak Roslin telah duduk dengan rapi dari anak paling kecil hingga paling besar untuk bersama-sama menyanyikan lagu-lagu sembari menunggu kami. Beberapa pertunjukkan pujian mereka bawakan, dan jujur itu sangat luar biasa bagi saya. Tidak ada wajah lelah, senyuman dan mata yang memandang dalam yang saya temukan kala itu. Menenangkan dan menakjubkan. Sekitar 30 menit kemudian tim bingkisan telah tiba di panti. Lalu kegiatan kebersamaan dimulai, dari MC, WL, pembawa firman, sharing, semua dibawakan oleh anak-anak, dan semuanya berjalan dengan sangat baik. Jujur itu adalah momen dimana saya sudah tidak kuasa lagi untuk menahan perasaan haru saya. Selain sudah seperti keluarga sendiri, Roslin juga mampu memperlihatkan kepada saya sisi lain dari anak-anak yang biasa saya jumpai di UPH College, dan itu sungguh sangat menyentuh sanubari. Begitu selesai berpamitan, karena malam ini adalah malam terakhir kami di Roslin, pak Budi sempat menyampaikan beberapa hal, untuk kembali memotivasi anak-anak UPHC maupun anak-anak panti. Lalu kami menutup malam yang haru itu dengan foto bersama sebagai kenang-kenangan, meskipun saya sangat percaya kenangan yang tidak mungkin akan saya dan kami lupakan adalah yang terukir dihati terdalam kami masing-masing :).

Yap, sepertinya usai, masih tersisa sedih, masih tersisa bahagia, mulai muncul rindu. Tapi kami masih memiliki tanggung jawab lainnya. Selesai briefing dan saling membuka diri agar tidak ada perasaan yang mengganjal malamnya, kami packing dan menyiapkan special gift yang telah kami siapkan sebelumnya untuk kami berikan esok pagi sebelum mereka berangkat ke sekolah. Malamnya ada juga anak yang paranoid dengan kecoa yang ditendang oleh temannya, sehingga membuat tubuhnya lemas seketika. Tapi untunglah, tidak terjadi apa-apa dengannya dan temannya yang tadi memiliki maksud bercanda juga sudah meminta maaf. :)

Jujur tidak terasa, malam itu berlalu, dan ini merupakan malam dimana kami akan beranjak pergi dari Roslin. Tempat yang mengajarkan kami, bahwa kunci kebahagiaan adalah kebersamaan dan rasa syukur. Bagaimana tidak, mereka memiliki pilihan untuk mengeluhkan kondisi kehidupan mereka yang begitu berat, namun mereka memilih untuk menerima dengan ucapan syukur, sehingga terlihat wajah-wajah yang begitu bersinar. Kami belajar bagaimana air memang menjadi komoditas terpenting daripada emas atau yang lainnya. Kami belajar bagaimana makanan yang kadang-kadang kita buang, itu menjadi impian bagi anak-anak yang serasing, yang bahkan masih sangat tinggi angka kematian karena kelaparan. Kami juga belajar bahwa membentuk kenangan bukan sekedar meninggalkan hal-hal berharga yang dapat kita berikan, namun bisa juga dengan waktu, satu-satunya modal terbesar kita dalam menjalani kehidupan ini :)

Day4
Pukul 5.30 saya sudah terbangun, dan mulai menyiapkan anak-anak untuk segera bergegas menuju ke panti, sesuai dengan rencana kita yaitu memberikan kejutan di pagi hari. Benar saja, mereka tidak menyangka kami datang lagi, begitu senangnya, baik anak-anak panti maupun anak-anak UPHC saat itu, setelah kami memberikan bingkisan kami, kami pun kembali ke penginapan untuk siap-siap berangkat ke tujuan selanjutnya. Setelah sarapan usai, kamipun berpamitan dengan pak Budi dan secara simbolis saya mewakili UPHC memberikan kenang-kenangan sebagai ucapan terimakasih atas segala bantuan dan ijin beliau kami dapat menghabiskan waktu bersama-sama dengan anak-anak di panti selama 3 hari. 

Bus yang mengantarkan kamipun telah siap, dan mengantarkan kami meninggalkan Roslin untuk menuju kota selanjutnya yaitu Soe.

Sebagai bentuk pembelajaran dan rekreasi untuk anak-anak, kami terjadwal akan mengunjungi Goa Kristal dan Pantai Tablolong. Sebelumnya kami mampir ke Bambu Kuning untuk membeli bekal makan siang kami. Disana kami baru merasakan kota di luar Roslin, dimana kami dikagetkan dengan pelayanan yang cukup kasar oleh petugas kasir (sepertinya petugas kasirnya sedang pusing atau ada masalah), namun akhirnya kami memilih untuk mengobrol dengan petugas pemanggang di samping lokasi saja. Setelah usai, kami kemudian menuju ke daerah Bolok. Kami juga menyempatkan turun ke kantor Gubernur untuk melakukan foto bersama di depan gedung yang didesign sangat futuristik, menyesuaikan budaya lokal, yaitu berbentuk alat musik tradisional setempat, Sasando. 

Setibanya di Goa Kristal, kami cukup bingung, melihat lokasi yang sangat minim informasi, untungnya ada beberapa anak kecil setempat yang mau mengantarkan kami, totalnya ada 6 anak yang mengantarkan dan membantu kami, beberapa nama yang saya ingat adalah Alan, Rismen, dan Gideon. Yap, sesuai dengan apa yang pernah saya informasikan, akses ke lokasi memang tidak terlalu bersahabat, tapi saya tidak menemui anak yang menyampaikan, "sir saya tunggu diatas saja ya". Mereka dengan kompak dan hati-hati menuruni tangga-tangga alami yang terdiri dari batu karang. Tidak terlalu dalam, sekitar 20 meter kebawah, mereka sudah disuguhi satu pemandangan kolam air yang sangat luar biasa. Pertemuan antara air laut dan air tawar yang berwarna biru ketika memantulkan sinar matahari yang berhasil menyusup masuk melalui celah-celah pintu goa.

Ada yang menikmati dengan duduk, ada yang berenang, ada yang cliff jump, ada yang foto-foto. Ya kembali, saya bertugas untuk memastikan 29 anak ini tidak ada yang lepas dari pengawasan. Kejadian yang cukup menegangkan adalah ketika kami akan kembali, satu anak hendak menyimpan hpnya di tas yang saya bawa, namun ketika resleting dibuka tak sengaja satu hp langsung terjatuh dan masuk ke dalam celah-celah batu karang. Deg, jantung saya langsung memompa darah dengan begitu cepat, sontak membuat saya harus menahan nafas, mengontrol distribusi kepanikan yang segera menguasai seluruh tubuh, dengan mencoba tenang saya memikirkan beberapa solusi, pertama adalah meminta anak tersebut memasukkan hpnya yang tadi hendak dimasukkan kedalam tas saya dan menutup kembali dengan hati-hati. Lalu bermodal hp yang mampu water resist saya meminta bantuan kepada anak-anak lokal untuk mencari hp yang terjatuh tadi, sebenarnya saya sudah cukup panik bagaimana jika itu tidak ditemukan, tapi saya yakin pasti ada caranya. Akhirnya setelah melakukan beberapa pencarian dan percobaan, hp yang terjatuh tadi ditemukan dan langsung dimatikan dan kembali disimpan di dalam tas saya dengan berlahan.

Setelah mengetahui siapa pemilik hp tersebut, diskusi pun dilakukan, dan anak yang tidak sengaja menjatuhkannya tadi juga sangat baik untuk mau bertanggung jawab jika ada apa-apa. Namun karena sedang dilanda kepanikan, pemilik hp tersebut menangis, tapi berkat usaha dari teman-temannya, akhirnya ia mampu tenang kembali, sembari berusaha menyelamatkan hp yang terendam air selama beberapa menit tersebut. Yap suasana jadi lumayan canggung, tapi bersyukurlah, anak-anak mampu mencairkan hal tersebut sehingga membuat perjalan kami tetap enjoyable serta mampu mengusir kepanikan yang masih mencoba tinggal didalam pikiran saya saat itu.

Setibanya di pantai tablolong setelah melewati jalanan yang begitu indah dan menakjubkan, kami makan siang bersama di tepi pantai di sebuah gazebo. Cukup bingung apa yang ada di hati saya kala itu, sambil masih terlintas kenangan yang ada di Roslin, saya sangat bersyukur bisa berada di tengah anak-anak yang awalnya sangat tidak saya ekspektasikan, dimana ketika mereka masih kelas 10 tapi mereka menunjukkan sesuatu yang bagi saya itu lebih. Yap, menikmati pantai dengan matahari yang masih terik tentunya bukan salah satu pilihan yang tepat, tapi bagaimana lagi, kami tidak memiliki waktu, dan pilihan lainnya, tapi justru anak-anak tetap saja menikmatinya. (oia, rombongan Kupang 1 seharusnya juga bersama-sama dengan kami ke pantai Tablolong, tapi karena bus yang mereka kenakan tidak memungkinkan, sehingga akhirnya mereka langsung melakukan perjalanan ke Soe terlebih dahulu)

Sore itupun, kami kembali ke bus dan melanjutkan perjalan ke Soe.
Setelah perjalanan cukup panjang, akhirnya kami tiba di Soe dan langsung makan malam, dilanjutkan dengan berbenah dan mempersiapkan diri untuk hari esok.

Hari ini saya belajar bahwa alam Indonesia memang begitu luar biasa indahnya. Terlebih penduduk yang tinggal di dalamnya. Kami berkesempatan melihat perayaan kelulusan SMA di Kupang, kami boleh bermain dengan anak-anak lokal setempat. Selain itu saya juga belajar bahwa untuk menghadapi masalah yang terjadi mendadak adalah dengan ketenangan dan solusi, jangan mau terlarut dalam kepanikan dan ketakutan yang dalam. Karena saya percaya Tuhan pasti punya maksud untuk setiap kejadian-kejadian yang terjadi, hanya seringnya hati kita yang keras dan tidak mau belajar peka untuk pesan yang sedang disampaikanNya.

Day5
Yap akhirnya semalam kami bergabung dengan Kupang1, dan hari ini kami sudah siap jam 7.30 pagi untuk bersama-sama dengan Ma Fanda menuju ke SD Inpres Nulle. Namun karena beberapa hal, akhirnya kami berangkat sekitar pukul 8, dan setibanya di SD kami sangat dikejutkan dengan sambutan khas daerah Timor, yaitu dengan tarian, dan nyanyi-nyanyian. Saya diajak untuk cium hidung, dan menari dengan kain tenun (tau sendirikan paling ngga bisa adalah soal nari atau nyanyi2, tapi karena untuk menghormati, sebisa yang saya lakukan, ya dilakukan :D, maafkan jika aneh).

Setelah penyambutan yang begitu mengagetkan yang kami dapatkan, saya berdiskusi dengan kepala sekolah tentang skema pemasangan pemanenan air hujan (oia, saat kami hendak berkegiatan, hujan turun, jadi sebenarnya pemanenan air hujan sangat baik disini, melihat curah hujan yang cukup sering). Kemudian, saya bertemu dengan kak Dani, sebagai tukang yang akan membantu instalasi skema yang telah saya berikan. Kamipun turun ke kota Soe untuk berbelanja barang-barang yang dibutuhkan bersama dengan Anlika, sebagai penanggung jawab skema pemasangan ini. Selain berbelanja kebutuhan pemanenan air hujan, kami juga berbelanja bantuan yang akan kami salurkan kita kami nantinya mengunjungi beberapa rumah warga setempat.

Kembali ke Sd Nulle, anak-anak sudah mandiri dengan melaksanakan kegiatan yang telah mereka siapkan sebelumnya. Dan kami tutup kegiatan siang itu dengan makan siang bersama-sama dengan siswa, lalu kami lanjutkan dengan mengunjungi rumah warga sekitar. Setelah usai, kami kembali ke Hotel untuk istirahat karena hari telah sore. Sedangkan malamnya, kami rombongan Kupang1 dan Kupang2 diundang oleh ibu Fanda untuk datang ke rumah beliau, karena makan malam telah disiapkan di rumah beliau sekalian diajarkan tari kebersamaan khas Timor, yaitu Bonet. 

Hari ini saya mendapatkan beberapa hal, yaitu tentang semangat juang, bagaimana mereka tetap datang kesekolah yang berjarak beratus-ratus meter, bagaimana mereka mau menimba air yang berjarak sekitar 1km dari sekolah mereka, bagaimana mereka tetap mau duduk di dalam kelas dengan kondisi yang bisa dikatakan kurang layak. Itulah, arti yang orang katakan, bahwa memang bahagia itu sederhana, bahkan dengan kondisi seperti itu mereka dengan sangat luar biasa menyambut kami ketika kami baru saja datang. 

Day 6
Setelah disuguhkan sarapan yang enak pagi ini, anak-anak langsung bersiap dengan seragam PE mereka. Kami kembali berjalan ke SD Nulle dan kembali sudah di sambut rapi oleh anak-anak disana. Setelah doa pagi, kami langsung bersiap untuk melakukan senam dan Poco-poco bersama (sejujurnya senam berjalan kurang lancar karena speaker yang kami gunakan gurang besar, selain itu kami juga belum menguasai gerakan dengan sempurna). Meskipun demikian anak-anak cukuk antusias mengikuti gerakan-gerakan yang kami pandu mereka lakukan. Setelah lewat hampir 1 jam dari jadwal, akhirnya bubur kacang hijau datang, dan dibantu oleh guru setempat untuk membagibagikan kepada anak-anak disana. Usai hal itu mereka kambali ke kelas untuk belajar bersama dengan kami di dalam kelas.

Saya kurang mengikuti kegiatan perkegiatan dengan detail, hanya sesekali masuk ke dalam ruangan untuk memastikan baik-baik saja. Karena saya masih menunggu kedatangan dari tukang setempat untuk instalasi pemasangan air hujan yang telah dirancang, namun sampai waktu siang telah usai, kami urung membangunnya, dan saya menyerahkan sepenuhnya pembangunan kepada kepala sekolah untuk mengkoordinasikannya.

Sebelum meninggalkan SD Nulle, kami menutup kegitan dengan ibadah padang bersama, kami membersembahkan lagu Ku Tetap Setia, dan firman dilayani oleh pihak SD Nulle. Sembari ibadah, saya cukup dipusingkan dengan satu anggota yang secara tiba-tiba hilang dari pengawasan, akhirnya saya meminta bantuan dua anak untuk membantu saya mencarinya. Cukup lama, meskipun akhirnya kami ia kembali setelah ditemukan oleh salah satu temannya.

Begitu makan siang kami selesai bersama-sama dengan guru setempat, kami berpamitan dan kembali menuju hotel untuk sekedar istirahat dan berbenah, karena sore harinya kami berencana untuk pergi ke air terjun Oehala yang tidak jauh dari kota Soe.

Tiba di air terjun, pesan yang saya sampaikan adalah jangan panik jika nanti ada yang digigit lintah, dan saya berjanji akan membantunya. Benar saja, ketika saya sedang mencoba mencari jalan, terdapat makhluk kecil berwarna hitam sedang mencari-cari pembuluh darah di kulit kaki saya, dan langsung saja saya ambil daun untuk merubah arah langkahnya, untunglah, ia belum sempat menancapkan jarum tajamnya. Namun tak menunggu waktu lama, beberapa dari anak saya tergigit lintah, namun untungnya mereka sangat tenang dalam menghadapinya. Bahkan ada yang baru sadar mendapat gigitan ketika kami sudah kembali berada di bus. Saat itu saya melihat anak-anak cukup menikmati pemandangan hutan yang begitu pekat, dan air yang mengalir diantaranya, saya hanya mencoba mengawasi dari celah-celah pohon, yang tentu membuat jarak pandang saya begitu pendek. Namun untunglah anak-anak cukup mandiri dan mengerti peran mereka dalam berhati-hati. Sehingga kami dengan selamat mampu kembali ke bus tanpa suatu apapun, kecuali lintah, atau ada yang sedikit lecet karena bersentuhan dengan batu (itu biasa, karena di alam :D).

Melebihi dari apa yang pernah saya ekspektasikan sebelumnya, semua yang telah anak-anak lakukan dalam memberikan yang terbaik ketika pelayanan, ketika berada di alam, ketika berinteraksi dengan penduduk sekitar, membuat saya terus dan terus tersenyum di dalam hati. Semoga ini dapat menjadi modal yang cukup baik untuk kehidupan mereka kedepannya nanti, dimana melangkah jauh bukan hanya butuh kekuatan yang hebat, tapi juga butuh tim yang selalu berjalan bersama. Mungkin kami tidak melangkah cepat, tapi saya yakin kami dapat melangkah lebih jauh lagi.

Malam harinya kami tutup dengan perayaan dan apresiasi karena mereka telah sangat luar biasa menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka selama berada di Kupang dengan baik. Kami makan di salah satu depot yang cukup terkenal di Soe, entah berapa piring dan tusuk babi yang mereka berhasil habiskan. Saya pikir, sudahlah, ini sebagai penutupan dan penghargaan untuk mereka. Setelah kenyang dengan santapan, kami kembali ke hotel untuk bergegas dan berbenah, karena esok hari adalah hari dimana kami akan kembali ke Jakarta. Anak-anak ada yang memilih untuk tidur cukup larut, sembari menikmati malam terakhir mereka di Kupang.

Day 7
Yap, last day, dan badan ini sangat berat bangun dari peristirahatannya. Sehingga yang awalnya terjadwal kami kembali pukul 6 pagi mundur menjadi pukul 7 pagi, untuk memastikan tidak ada yang tertinggal lagi, ya meskipun tetap ada saja yang tertinggal :D. Packed, barang-barang telah masuk kedalam bus, dan kami meninggalkan kota Soe setelah selesai dengan sarapan kami.

Anak-anak menyampaikan kepada saya, "pak, kita mampir Roslin lah sebentar", ajakan mereka membuat saya akhirnya menghubungi ibu Peggy, istri dari pak Budi (karena pak Budi sedang ada tugas di Jakarta dan ibu Peggy yang saat itu berada di lokasi). Setelah mendapatkan approval dari beliau, sesuai dengan rencana, kami akan mampir jika masih ada waktu, jika. Kami tetap pergi ke Ina Ndao untuk membeli beberapa oleh-oleh, serta membelikan anak-anak kain tenun bagi mereka yang belum mendapatkannya. Setelah itu kami telah disiapkan makan siang di rumah rekan saya, pak Zadrak. Senang sekali saya akhirnya memiliki kesempatan bisa mampir ke rumah beliau yang ada di Kupang. Anak-anak makan dan bernyanyi dengan alat musik yang telah disiapkan. Lalu rombongan Kupang2pun sekitar pukul 2 siang berpamitan, karena hendak mampir ke Roslin terlebih dahulu.

Karena ibu Peggy sedang ada tamu, saya dan beberapa anak, langsung ke airport untuk check in group, namun, masalah tentang penerbangan ada lagi. Pihak Garuda menyampaikan bahwa jadwal penerbangan untuk hari Jumat adalah pukul 19.00 bukan 17.00 seperti di tiket yang kami dapatkan, dan mereka sudah menyampaikan ke agen yang membeli tiket kami, tapi kami tidak mendapatkan informasi apapun. Karena di situs garuda yang kami cek, masih pukul 17.00. Tapi kami meresponi dengan tenang saja, yang saya tekankan adalah berikan informasi ini kepada keluarga yang akan menjemput nanti di bandara Soeta.

Di Roslin, anak-anak mengejutkan anak-anak panti karena datang lagi, mereka terlihat begitu senang. Kamipun memiliki kesempatan dapat bertemu dengan ibu Peggy, Cristina, dan Cristian. Setelah berfoto bersama, dan ketika waktu sudah hampir larut, anak-anak kembali berpamitan dan pergi ke bandara. Saat itu saya sudah berpamitan terlebih dahulu bersama dengan Inyo, karena membantu proses pemasukan bagasi anak-anak. Begitu anak-anak datang, kami menyempatkan berfoto bersama di depan bandara dan berpamitan dengan Pak Isak dan Pak Paul karena telah mengantarkan kami selama di Soe.

Senja kala itu seolah ingin mengantarkan kami, seolah ingin menyampaikan suatu pesan. Angin lembut sore itu menutupi setiap kenangan yang telah kami dapatkan, membungkusnya, mengantarkan kami memasuki bandara, memaksa kami kembali, memaksa kami tersenyum kecil, memaksa kami berkata di dalam hati, memaksa kami mulai merasa rindu, untuk setiap hal dan kenangan yang telah kami lalui. Kupang, Roslin, Nulle dan segala cerita yang terbungkus didalamnya, sulit bagaimana bahasa mampu menampilkan apa yang kami rasa.

Cerita tentang anak-anak yang tidak memiliki pengharapan, cerita tentang anak-anak dengan latar belakangan yang menyedihkan, cerita tentang semangat juang mereka, cerita tentang kekeluargaan mereka, cerita tentang kebahagiaan yang mereka miliki, tentu akan sangat berarti bagi kami. Terlebih saya begitu bahagia ketika melihat kegiatan ini akan baik-baik saja, meskipun saya tidak mengikutinya, karena itu tujuan pribadi saya, membuat Kupang2 mandiri dan melaksanakan tugasnya secara bertanggung jawab. Saya belajar bahwa pelayanan bukanlah soal check list, yang dapat berkata, saya sudah melakukannya, tapi terlebih justru pertanyaan bagaimana saya melakukannya. Karena jika segala sesuatu dikerjakan dengan hati, hal-hal indah akan Tuhan ijinkan terjadi. Inilah secuil cerita tentang perjalanan kami, cerita tentang bagaimana kami belajar menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi yang terjadi diluar harapan kami. Kiranya Tuhan terus memberkati, baik keluarga di Kupang, Roslin, dan juga kami. :)


("Ah, ini seperti mimpi ketika aku mengingatnya lagi")

-end-

No comments:

Post a Comment