Tuesday, March 7, 2017

Kebahagiaan vs Keegoisan

Bagaimana mungkin seseorang mampu mengatakan bahwa ia merasa bahagia jika ada hal-hal yang tidak lengkap darinya? Tentu ini adalah salah satu hal yang sangat subjektif, dimana porsi serta standar tentang kebahagiaan itu sangatlah relatif. Lalu adakah ini berhubungan juga tentang keegoisan? Banyak pilihan yang sepertinya akan membahagiaan kehidupan, tapi banyak juga peraturan yang mencoba membatasinya. Aku sependapat, bahwa memang kebebasan kita adalah kebabasan yang terbatas, bukan kebebasan yang sebebas-bebasnya, tapi bagaimana untuk berbahagia? Seringnya ego ini menuntun untuk menabrak keterbatasan itu sendiri, melawannya lalu merebut apa yang dinamakan sebagai sebuah kebahagiaan.

Aku baru merasakan satu pengalaman yang sungguh membahagiakan. Dimana keberuntungan menuntun pada satu jawaban atas sebuah impian. Ada seorang teman memberitahukan kepadaku bahwa sedang diselenggarakan sebuah lomba untuk mendapatkan tiket kelas foto yang termasuk tiket masuk untuk pertunjukkan Java Jazz 2017. Wah, ini tentunya sebuah kesempatan bagiku, sudah sejak 2014 lalu aku ingin mengikuti pertunjukkan musik ini, tapi ada saja kendalanya, entah soal ijin, waktu, atau urusan dompet. Ya, tak ada yang mengira, namaku masuk menjadi salah satu dari 50 orang yang lainnya, yang mendapatkan kesempatan untuk menikmati impianku sebelumya.

Tapi, pikiranku kadang liar, kadang memikirkan, layakkah aku untuk merasa bahagia? Ketika teman yang memberitahukan hal ini, justru tidak mendapatkan kesempatan yang sama. Memang bohong jika aku menjawab bahwa aku tidak bahagia atau biasa saja. Tapi bukankah ini juga bukti bahwa bahagiaku kadang bersebelahan dengan keegoisan. Aku takut justru nantinya bahagia yang orang-orang kejar selama ini akan semakin menjadi-jadi, dan akan mengorbankan kebahagiaan itu sendiri.


No comments:

Post a Comment