Saturday, February 11, 2017

Logika Cerita

Tawa dan air mata mungkin berbeda, senyum dan tangan mengepal mungkin juga tak sama. Februari sudah hampir setengahnya, tapi ini cerita tak kunjung menemukan akhir kisahnya. The Sleeper ingin berbicara tentang sebuah ketidakmungkinan. Entah kenapa tema awal tahun ini banyak bicara tentang hal itu. Tentang rasa-rasa yang bertabrakan dengan logika, yang mungkin orang membacanya sebagai etika.

Awalnya mungkin hanya canda, lalu semua tertawa. Tapi siapa yang tahu bahwa dalam hatinya meneteskan air mata? Orang-orang terlalu sibuk mengartikan sesuatu yang mudah untuk dilihat, lalu mengabaikan cerita yang ada di baliknya. Ketika mungkin orang mengiranya baik-baik saja, tentang senyumnya yang begitu manis dan menyejukkan, siapa yang sangka tanggannya mengepal ingin menghancurkan? Entah, dia pun sebenarnya tak tahu pasti apa yang akan dihancurkan, mungkin dirinya, logikanya, atau perasaannya, entah.

Sebagai manusia kita tak akan mampu mengatur hal-hal apa saja yang akan menimpa diri kita. Termasuk kejutan-kejutan yang istimewa. Yang terkadang menyejukkan, terkadang juga menghancurkan. Tapi itulah nada dalam kehidupan yang penuh dengan cerita-cerita, serta rangkaian rajutan dari Sang Esa. Kita punya dua pilihan untuk meresponinya, memaki-maki serta mengeluhkannya, atau ya, memang menghela nafas, tapi lalu memperjuangkannya. Karena seharusnya kita bisa yakin dan percaya, bahwa cerita memang tak akan selalu manis, apalagi masih di tengah-tengah, tapi yang Punya pasti tahu bagaimana harus mengakhirinya.

Kini ketidakmungkinan itu muncul, mencoba menggerogoti logika, tapi memberikan sedikit rasa, tentang bagaimana hazelnut yang terbungkus dalam sebuah cone. Tentang dinginnya es krim, yang berlahan mengaburkan perih siang panas saat itu.

No comments:

Post a Comment