Sunday, January 29, 2017

Selamat Datang Januari

Selamat Januari,
Selamat Natal dan Tahun Baru jika ini belum terlambat :)
Memang sudah 2 hampir dua bulan ini tanganku enggan menekan deretan tombol keyboard, entah karena rasa malasku, atau adu logika kepalaku, membentur dan tak teratur.

The Sleeper pernah menulis sebuah tulisan, dengan judul, Juventus menang, Juventus menghilang. Lucu mengenang dan membacanya lagi, menguliti hal-hal yang pernah menjadi rasa beberapa tahun yang lalu dan kini kutemukan bijinya, ketika kulit dan buah, telah tersayat oleh pisau yang digunakan untuk membukanya. Apaan sih, kok jadi ngga jelas gini tulisannya? Sudahlah, sini akan kuceritakan sebuah kisah, kisah yang pernah kubaca dibuku-buku, atau yang pernah kusaksikan di layar lebar, namun tak pernah kurasakan dan kujalani.

Namanya Farhan, dia seorang petualang, tapi lakunya cukup sopan untuk model orang dengan kegiatan dan hobinya. Sore itu dia pulang, dari hari-harinya yang melelahkan. Diletakkan dokumennya sembarangan, lalu duduk termenung, mengamati gerak kesukaannya, salah satu aktivitas kegemarannya. Memperhatikan seekor ikan mas koki yang sedang berliuk-liuk, berenang kesana kemari, mencoba mengarungi dan dan menguasai besar aquarium yang tak lebih dari 0,5 meter kubik. Indah, itu hal yang dia dapatkan, tentang semangat seorang diri, yang terkurung kotak persegi, namun tak pernah letih untuk berlari. Entah apa yang dia sedang cari, dunia luar yang tak dia kenal, atau rasa syukur tentang ruang yang masih dimilikinya.

Hari-hari Farhan memang tak jauh dari ikan kesayangannya. Dunianya tak selebar alam raya ini, kotak aquarium membatasinya. Entah batasan fisiknya, atau batasan logikanya. Tapi Farhan belajar dari ikan kecil itu, dia tetap terus berlari, kesana kemari, dan nyatanya ikan itu juga bertumbuh besar. Beberapa bulan lalu dia bahagia sejadi-jadinya. Ada satu perusahaan dimana ia bermimpi dapat kembali bekerja disitu, memanggilnya untuk datang interview. Hanya seorang pemimpi yang dapat mengerti bagaimana rasa yang ada dihatinya saat itu. Bergejolak dan membuta untuk hal-hal yang sedang diperjuangkannya. Dia memang sedang merintis menjadi seorang pengusaha Es Krim kecil-kecilan, usaha yang profit marginnya tak lebih dari 20%, itupun jika sedang ramai, musim penghujan gini, dapat 10% dari modal awalnya saja sudah bersyukur. Tapi ada hal lain yang sebenarnya Farhan sukai, yaitu tawa dan senyum manis anak-anak kecil yang nongkrong di warungnya sembari menikmati dingin es krim buatannya. Lupakan, dia mendapat panggilan. dari perusahaan yang selama ini telah dia perjuangkan dapat bekerja kembali disana.

Setelah wawancara itu, Farhan berhasil masuk ke tahap uji coba. Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dibidang keuangan, tentu insting dan ide-ide Farhan tentang perhitungan sangat dibutuhkan. Namun sebagai pribadi yang masih belum kaya pengalaman, tentu ia masih harus banyak belajar, tak sedikit hal yang harus ia korbankan, antara waktu bersama keluarganya, kehilangan senyum para pelanggan es krimnya, atau beradu argumen dengan rekan seperjuangannya. Tapi itu semua tak mengapa batinnya, inilah tempat dimana ia ingin bekerja selama ini.

Tentu tak ada yang boleh menyalahkan keputusannya, tapi setidaknya Farhan belajar bahwa dunia tak selebar aquarium, dunianya berbeda dengan dunia ikan kesayangannya. Tak lama setelah tahap uji coba itu, sebagai seorang petualang, Farhan mempertahankan logikanya, ia mencoba menggunakan gaya dan cara bekerjanya diladang yang tak semestinya. Lalu ya mudah saja, dia harus diberhentikan. Langkahnya ditakutkan menjadi batu sandungan dan ancaman bagi perusahaannya. Sempat setelah itu ia menyiapkan dokumen tentang rahasia perusahaan yang mampu menciptakan gelombang rush dasyat, tapi belum mencapai 100%, dia diingatkan akan siapa dia sebenarnya, bukan seorang politisi atau siapa yang berhak menghakimi, meski sebenarnya dia mengetahui. Lalu langkahnya terhenti, tapi tidak dengan pikirannya, logikanya berlari semakin liar dan tidak terkendali.

Teman-teman baiknya datang, mencoba memahaminya mengingatkan tentang para pelanggannya yang kini terbengkelai, tak tahu kemana harus mencari secangkir es krim yang mampu menyejukkan hari-hari mereka.

Tak ada puisi yang dituliskan tanpa arti,
Tiada hari yang dilalui tanpa makna.
Begitu juga langkah kaki, akan selalu berjalan dari setiap pengalaman.

Tulisan itu digoreskan tak jauh dari aquarium, menikmati sang ikan mas koki, yang terus berenang, bukan karena bingung kemana ikan itu harus pergi, tapi justru karena tahu dimana dia sedang berada. Dia sedang di rumah, dimana dia menjadi objek kasih dari sang Pemilik.

No comments:

Post a Comment