Wednesday, April 13, 2016

Pemimpin

Melihat beberapa dokumenter tentang krisis Amerika 2008 membuat hati dan pikiran menjadi bergejolak. Bagaimana tidak, sebuah negera adidaya dan sebesar Amerika dapat mengalami satu krisis yang begitu menyeramkan bahkan hingga menyeret deretan negara di Eropa dan dunia. Tak sedikit nama-nama jajaran CEO perusahaan-perusahaan besar tersebut menjadi artis media masa, sebut saja salah satunya Richard "Dick" Severin Fuld. Sebagai pemimpin di Lehman Brother tentunya dia adalah salah satu orang yang paling bertanggung jawab atas kondisi perusahaannya yang pada akhirnya dinyatakan bangkrut.

Sekarang bagaimana jika perusahaan itu adalah tubuh atau diri kita sendiri? Bertanggung jawabkah kita atas kondisi yang sekarang sedang terjadi dalam kehidupan kita saat ini? Sebagai suatu insan di dalam dunia ini, tentunya kita memiliki satu idialis yang pada akhirnya akan menuntun setiap apa yang kita lakukan. Inilah yang the sleeper coba definisikan dengan memimpin diri sendiri. Selama ini mungkin kita telah sering untuk memimpin diri kita sendiri dengan berbagai-bagai macam instrumen kehidupan. Simpelnya, ketika memilih untuk beranjak dari ranjang, ketika memilih untuk membeli makan ini dan itu, ketika memilih kata dalam berucap, ketika memilih sikap dalam meresponi dan lain sebagainya. Tentunya itulah yang pada akhirnya akan menjadi tumpukan kehidupan kita saat ini, rangkaian hasil keputusan masa lampau.

Bagaimana jika saat kita memimpin diri kita ini, justru membawa pada satu kehancuran? Hah, begitu sombongkah kita, yang seolah tahu segalanya, yang seolah bisa segalanya? Lupa bahwa kita hanyalah seonggok debu yang beruntung karena Nafas Sang Pencipta yang membuat kita menjadi ada. Lalu, masihkah kita memimpin diri kita dengan segala keegoisan kita pribadi? Tanda tanya, dan jawablah pribadi. Saat menyadari bahwa karena Anugerahlah kita dapat memimpin, seharusnya akan merubah satu persepsi tentang memimpin diri kita sendiri. Hal itu lah yang pada nantinya akan tercermin, dan nampak, dari setiap buah. Ya, karena kita bertanggung jawab atas perusahaan diri kita sendiri, tentunya dengan satu persepsi bahwa perusahaan itu bukanlah milik kita, tapi sebuah Anugerah yang indah yang boleh kita jaga dalam kehidupan ini.

No comments:

Post a Comment